Senin, 18 April 2011

Meluruskan penyelewengan maksud kalimat KAMI dalam al-Quran: Dakwaan jahil yang mengatakan ALLah Taala itu banyak

Assalaamualaikum dan salam hormat.

Tulisan ini asalnya dipetik@adopsi dari Tulisan Bintang Asy-Syura, melalui blognya http://bin99.wordpress.com…Ia adalah satu tulisan yang sangat bagus, yang menjelaskan mengapa ALLah Taala menyatakan ZatNya dengan kalimah Kami.

Memang penggunaan kalimah Kami ini dijadikan hujah oleh misionari dan zending Kristen untuk meragu-ragukan keimanan umat Islam yang jahil tentang bahasa al-Quran. Maka mereka mengatakan tidak ada bezanya Tuhan Islam dan Tuhan Kristen. Maka dihasutnya orang Islam itu supaya murtad.

Maka penjelasan dari Bintang Asy-Syura ini pastinya dapat merungkai persoalan ini…Semoga ALLah Taala memeberikan RedhoNya kepada Bintang Asy-Syura atas usahanya menyusun tulisan ini…Dan penulis hanya menambah atau merubah beberapa kalimah untuk memudahkan pengertian bahasanya sahaja.

____________________

Penggunaan kata “KAMI” Dalam Al-Qur’an

Oleh Bintang Asy-Syura

Seringkali, orang kafir mencoba mengganggu iman kita dengan bertanya, mengapa Qur’an banyak menggunakan kata KAMI untuk ALLAH? Bukankah kami itu banyak? Itu berarti Qur’an pun mengakui “Tuhan” bapa, “Tuhan” anak & “Tuhan” roh!

Terkadang umat Islam sering tidak dapat menajwab pertanyaan ini. Pertanyaan boleh sahaja bermula dari tidak tahu, namun banyak pula para kufar yg berusaha untuk membodohi umat Islam yang tidak memahami dengan bahasa arab. Pertanyaan seperti ini sering dijadikan senjata melawan umat Islam, mengelirukan, menggoncangkan iman dengan mengatakan Tuhan Islam sama sahaja dengan Tuhan mereka dan seterusnya memurtadkan umat Islam.

Sebenarnya penggunaan kata KAMI ini terbahagi kepada beberapa konteks…

Konteks Penggunaan Pertama

Yang utama harus diingat ialah, Bahasa Arab adalah bahasa yang paling sukar didunia (dan bahasa paling sukar kedua adalah Bahasa China dan ada yang mengatakan bahasa Sanskrit).

Hal ini disebabkan dalam satu perkataan, bahasa arab bisa memiliki banyak makna. kandungan seni serta balaghah dan fashohahnya

Contohnya jantina@gender, dalam suatu daerah bisa bermakna lelaki, tapi dalam daerah lain bisa bermakna perempuan.

Dalam tata bahasa Arab, ada kata ganti pertama singular (ana), dan ada kata ganti pertama plural (nahnu). Ia sama dengan tata bahasa lainnya…Akan tetapi dalam bahasa Arab, kata ganti pertama plural dapat dan sering, difungsikan sebagai singular. Dalam gramer (nahu@saraf) Arab hal ini disebut “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” , kata ganti pertama yang mengagungkan dirinya sendiri. Ini kerana dhamir ‘NAHNU’ ialah dalam bentuk jamak yang berarti kita atau kami tetapi dalam ilmu NAHU, maknanya tak cuma kami, tapi aku, saya dan lainnya.

Permasalahannya terjadi setelah al-Quran yang berbahasa Arab, dengan kekhususan gramer@nahunya diterjemahkan ke dalam bahasa lain termasuk Indonesia, yang tak mengenal “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” tersebut. Akan tetapi, setelah mengetahui perbedaan gramer ini, masalah kejanggalan ini segera dapat dimengerti dan dimaklumi.

Bagaimana mungkin aqidah Islam yang sangat logis dan kuat itu mau ditumbangkan cuma dengan bekal logika bahasa yang setengah-setengah. Ertinya jika memang “KAMI” dalam Qur’an diartikan sebagai lebih dari 1, lalu mengapa orang arab yg jauh lagi faham akan bahasa arab tidak menyembah lebih dari 1 ALLAH? Seharusnya merekalah terlebig dahulu meninggalkan Islam dan al-Quran. Namun ini tidak berlaku kerana mereka memang mengetahui istilah KAMI ini adalah hanya perbezaan “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” ini…Ya memang al-Quran itu bahasa mereka sendiri.

Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sedangkan Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi, memiliki kiasan mendalam.

Selain kata ‘Nahnu”, ada juga kata ‘antum’ yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah kalian (jamak). Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan panggilan ‘antum’, maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan ketimbang menggunakan sapaan ‘anta’.

Kata ‘Nahnu` tidak selalu bermakna banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah SWT. Ini dipelajari dalam ilmu balaghah. Contoh: Dalam bahasa kita ada juga penggunaan kata “Kami” tapi bermakna tunggal. Misalnya seorang Kepala Sekolah dalam pidato sambutan berkata,”Kami sebagai kepala sekolah berpesan . . . “ padahal Kepala Sekolah hanya dia sendiri dan tidak banyak, tapi dia bilang “Kami”. Lalu apakah kalimat itu bermakna bahwa Kepala Sekolah sebenarnya ada banyak, atau hanya satu ?

Kata “kami” dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa diserap@dihayati oleh orang asing yang tidak mengerti rasa bahasa. Atau mungkin juga karena di barat tidak lazim digunakan kata-kata seperti itu.

Kalau umat kristian tidak bisa faham rasa bahasa ini, harap maklum saja, karena alkitab bible mereka memang telah kehilangan rasa bahasa. Bahkan bukan hanya kehilangan rasa bahasa, tapi juga kehilangan kesucian sebuah kitab suci. Bahkan bahasa asal Ibrani sendiri tidak dikenal oleh majority umat Kristen itu sendiri. Seperti yg sudah diketahui banyak orang, alkitab Kristiani merupakan terjemahan dari terjemahan, yang telah diterjemahkan dari terjemahan sebelumnya. Ada sekian ribu versi bible yang antara satu dan lainnya bukan saja tidak sama tapi juga bertolak belakang. Jadi wajar bila alkitab christian mereka itu tidak punya balaghoh, logika, rasa dan gaya bahasa. Dia adalah tulisan karya manusia yang kering dari nilai ilmiah.

Di dalam Al-Quran ada penggunaan yang kalau kita pahami secara harfiyah akan berbeda dengan kenyataannya. Misalnya penggunaan kata ‘ummat’. Biasanya kita memahami bahwa makna ummat adalah kumpulan dari orang-orang. Minimal menunjukkan sesuatu yang banyak. Namun Al-Quran ketika menyebut Nabi Ibrahim yang saat itu hanya sendiri saja, tetap disebut dengan ummat. “Sesungguhnya Ibrahim adalah “UMMATAN” yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif . Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan” (An-Nahl 16: 120)

Konteks Penggunaan Kedua.

Kata “Kami” bermakna bahwa dalam mengerjakan tindakan tersebut, Allah melibatkan unsur-unsur makhluk (selain diri-Nya sendiri):

1) Dalam kasus nuzulnya al-Qur’an, makhluk-makhluk yang terlibat dalam pewahyuan dan dinyatakan adalah malaikat, terutama Jibril;

2) Nabi sendiri 3)

3) Para pencatat/penulis wahyu

4) 4) Para huffadz (penghafal) dll.

Coba perhatikan baik-baik, kebanyakan ayat-ayat yang bercerita tentang turunnya al-Qur’an dalam format kalimat aktif, Allah cenderung menggunakan kata Kami…

Contohnya Firman ALLah Taala bermaksud “Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Zikr [Al-Qur'an] dan Kami yang menjaganya” (al-Hijr 15: 9)

Contoh lain, coba lihat ayat-ayat tentang mencari rezki. Dalam ayat-ayat tersebut. Allah sering menggunakan kata Kami; artinya, rezki harus diusahakan oleh manusia itu sendiri, walaupun kita juga yakin bahwa rezki sudah ditentukan oleh Allah.

Konteks Penggunaan Ketiga.

Ayat yang menggunakan kata Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwa besar yang berada di luar kemampuan jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam, penciptaan bumi, dan langit. Di sini, selain peristiwa itu sendiri yang nilai besar, Allah sendiri mengukuhkan pernyataan untuk memberi kesan “Kemahaan-Nya” kepada manusia, agar manusia dapat menerima dan mengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan nalar@rasio@akal manusia…

Contohnya “Sesungguhnya KAMI telah menciptakan kamu (Adam), lalu KAMI bentuk tubuhmu, kemudian KAMI katakan kepada para malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud” (al-A’raf 7:11)

Maka dapat juga diambil kesimpulan, Kalimat AKU adalah untuk menunjukkan Keagungan ALLah Taala dan kalimah KAMI untuk menunjukkan KekuasaanNya.

Maka jika ada orang kufar berani mengganggu iman Islam, maka katakanlah yg HAQ itu HAQ & katakana pula yg BATHIL itu BATHIL. Sampaikanlah dengan hikmah & cara yg baik.

“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka…(al-Ankabut 29: 46).

Wassalam.

Minggu, 17 April 2011

KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP KRISTEN SENDIRI

1 24 Juni 1096 di Semlin, Hongaria. Ribuan orang

dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka

untuk merebut Yerusalem. Tidak seperti di kota-kota

Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria

ini, sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin,

menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan

makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk.

Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam.



Walau pun sama-sama beragama Kristen, mereka tidak

senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah

pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan.

Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 orang

saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di

bawah pimpinan sang Rahib.





2. Pada 9 September 1096 di Nikaia, Xerigordon (dahulu

wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika

menaklukan Antiochia di tahun yang sama antara

10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh

oleh pasukan Salib Kristen.





3. Tahun 1205. Paus Innocent kedua yang lain

menyingkirkan King John of England karena menyerang

beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa

mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb:



"Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan

Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung

kami Paus Innocent, dan seluruh penerus katoliknya.

Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai

penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami telah

menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan

kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound

diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang

perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di

tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan

sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris."



Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel

Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman

123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode

ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran

ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka dihukum

gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang

mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun

1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup

1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur

dan 97.023 orang disiksa hingga mati.



Itulah Kristen: AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA

BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER NYOWO, AGAMA

IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan

lainnya yang seram-seram untuk menggambarkan

track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya

menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR

PEMBANTAIAN.



Bahkan agama kalian juga pantas diberi label sebagai

AGAMA KANIBAL karena pada 11 Desember 1098 di Marra

(Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang,

karena kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang

sudah membusuk dimakan oleh Pasukan Salib Kristen,

fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini

telah diakui sendiri oleh pasukan salib tersebut dalam

surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan

keji, ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan

memakan daging manusia. Benar-benar tak ada

tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen

itu.



Manusia biasa tentu tidak sanggup melakukan berbagai

macam kekejaman dan kebiadaban tak henti-henti dengan

berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang

sanggup.





4. Tahun 1209. Perang Salib Albigensia diumumkan oleh

Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di

Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi

pembantaian terhadap Kelompok Cathary oleh Paus

Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.



Sejak awal mula perkembangan Kristen, banyak sekali

aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus. Contohnya,

adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup

di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut

Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman

Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging

adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma

dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah

disalib dan dibangkitkan.



Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi

Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang

jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan

"sihirnya" dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan.

Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan

persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada

raja-raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata,

sehingga ribuan orang penganut aliran Cathary ini

dibantai.





5. 27 Mei 1234, Sekitar 5000 sampai 11.000 Petani

Steding (Jerman) Pria, Wanita dan anak-anak dibunuh

karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik

leher.



Jangan heran melihat betapa semangatnya orang-orang

Kristen untuk menghabisi nyawa orang lain tak

henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk

melakukan hal itu memang ada dalam Alkitab mereka,

kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik yang bapak

maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban

dan kebrutalan mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang

ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing dalam

setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan

dan segala kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh

orang Kristen.



TUHAN BABE, PEMEGANG REKOR PEMBANTAIAN UMAT MANUSIA

http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/39841





20 DOSA YESUS KRISTUS

http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/32798





6. Tahun 1524-1526. Kekejaman Gereja di Jerman.



Kala itu gereja di Jerman begitu manunggal dengan

negara dan sekelompok petani yang telah lama merasa

tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas

Munzer, seorang pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa

para petani dan buruh tambang lebih bisa memahami

Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat

dada para petani gemeretak dan mereka menjadi semakin

bulat menantang.



Tapi sementara pasukan petani hanya mengandalkan

artileri bikinan sendiri ditambah doa dan pidato,

pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen

dengan kanon. Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan

dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman mati. Ketika

istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu

disetujui dengan syarat. Wanita-wanita itu harus

menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan

pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju.

Akhirnya pemberontakan pun padam, setelah 130.000

petani tewas. (Goenawan Muhamad, 1991:164,165,

170-171, 210-211).





7. Tahun 1572. Pembantaian pada hari St.Bartolomeus,

orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh

Catherina de Medici.



Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang

secara fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di

Prancis. Raja Prancis dengan cerdik mengatur

pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana

Coligny, seorang pemimpin kaum Protestan. Pesta

pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.



Setelah empat hari berpesta, para serdadu diberi

tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum Protestan di

seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny

dibunuh, tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela,

kemudian kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada

Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya

dan menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga

hari dan akhirnya tubuhnya digantung di dekat bukit

yang terletak di luar kota tersebut.



Mereka juga membantai semua orang yang diketahui

beragama Protestan. Selama tiga hari pertama, lebih

dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang

sudah mati itu dibuang ke sungai dan darah mengalir di

seluruh jalan-jalan di kota menuju ke sungai sehingga

seperti membentuk aliran sungai darah. Karena

kemarahan yang meluap-luap, mereka juga membunuh

pengikut mereka sendiri kalau mereka dicurigai tidak

mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus.



Dari Paris, pembunuhan menyebar ke seluruh bagian

Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh. Hanya

sedikit orang Protestan yang selamat dari kemarahan

para penganiaya itu.





8. Tanggal 5 April 1585 sebuah tragedi pembunuhan

massal terjadi di Harlem, Belanda. Tragedi yang juga

dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat

Raja Spanyol Philip II menginstruksikan represi secara

meluas atas rakyat Belanda yang kemudian berpuncak

dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut,

sekitar 6.000 aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh

oleh tentara Spanyol. Perjuangan rakyat Belanda untuk

meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil pada

tahun 1609.





9. Tahun 1618-1648. Perang 30 tahun antara Katolik

lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.

Ada banyak wilayah, dinasti, dan isu agama yang

melatarbelakangi perang ini, namun secara keseluruhan

"Perang 30 Tahun" ini adalah perang antara

pangeran-pangeran Jerman Protestan yang beraliansi

dengan kekuatan-kekuatan asing, yaitu Perancis,

Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan

Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang

Kristen memang biadab dan haus darah.





10. 23 Oktober 1641. Pembantaian Katolik terhadap

Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih

tanggal 23 Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola,

pendiri ordo Jesuit.



Mereka merencanakan pemberontakan besar di seluruh

negeri. Semua orang Kristen (Protestan) akan dibunuh

semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka,

keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum

Protestan. Pagi harinya, para konspirator

dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka

temui langsung dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak

diberi ampun.



Kaum Protestan Irlandia terkejut. Selama ini mereka

hidup damai dan aman selama bertahun-tahun tetapi

sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri.

Mereka dibunuh oleh tetangga sendiri, teman dan bahkan

oleh saudaranya sendiri.



Tetapi kematian bukanlah hal yang mereka takuti. Para

wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi sampai

pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan

mati kehabisan darah. Wanita yang sedang hamil diikat

pada cabang pohon, bayi mereka yang belum lahir

dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para

suaminya dipaksa menyaksikan kekejaman itu. Pada

pembantaian massal di hari perayaan St.Bartholomeus

ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh

orang-orang Katolik.





11. Sekitar tahun 1890 sampai 1901 kira-kira 1300

orang kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku

Klux Klan di Amerika. Hasil daripada pelaksanaan ini

orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di

beberapa negeri di Amerika.



Berkaitan dengan budak, silahkan baca sekelumit

artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik konsep

rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja

Gospel itu berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh

orang-orang Kristen kulit putih terhadap

budak-budaknya!.



Konsep rasialisme yang ada sekarang, mulai muncul pada

abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai berkembang.

Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau

Amerika. Para pedagang budak yang hampir semuanya

Kristen itu menyebarkan paham bahwa masyarakat kulit

hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun

inferior, sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan

kasar dan harus tunduk pada perintah. Pandangan

inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa

Romawi dan Yunani.



Diperkirakan 11,8 juta rakyat Afrika diperdagangkan

selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di mana

sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan

menyeberangi samudera Atlantik. Pada abad 19, tercatat

bahwa 90% budak belian adalah anak-anak. Beberapa

negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena

perdagangan budak ini. Perbudakan Afrika adalah

saudara kembar kolonialisme di benua itu.



Bahkan ada satu fakta menarik, bahwa musik Rap yang

kita kenal sekarang ini adalah berasal dari

budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh

orang-orang Kristen kulit putih.



Kebanyakan buku, Acara Tv dan sejarawan mengatakan

bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx, tapi ini

tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau

sekarang dimulai sekitar 1970 di Boogie Down Bronx.

Untuk mengerti secara keseluruhan, kita harus kembali

ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk

lebih spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah

mereka dalam bait-bait ritmik dan nyanyian.



Karena ada banyak suku-suku, banyak terdapat bahasa

daerah dan suku-suku yang bahasa mereka seringnya

tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah

dan legenda mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk

menceritakannya. Karena pedagang budak kulit putih

datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku

mereka.



Orang Afrika asli membawa cerita dan rima mereka

bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang

budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan

"Bahasa Ibu" (bahasa afrika asli). Para pedagang budak

itu berpikir bahwa mereka berencana untuk membuat

rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka di

perbolehkan untuk menyanyi. Ini membuat para budak

bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para budak

wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew

(para pembantu pedagang budak). Budak wanita dijadikan

bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini bisa

memakan waktu hingga sebulan.



Dan bila dari sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak

yang selamat, itu adalah perjalanan yang bagus. Dan

bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan

harga yang lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam

kandungan budak wanita). Lalu orang-orang Kristen/para

majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk

mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak

wanita hingga hamil dan anak hasil perbuatan itu di

jadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan

memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk

teman tidur...



Ketika mereka menyanyi mereka bekerja lebih giat

karena isi nyanyiannya adalah tentang dari mana mereka

berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu

selanjutnya, karena majikan bersifat lebih lunak, para

budak diperbolehkan libur setiap hari minggu. Pada

hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan

menyanyikan lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah

menjadi paduan suara Gospel.



Jadi musik Gospel Gereja berasal dari pembunuhan,

penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen

terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti

tersenyum bangga melihat buah hasil akibat pembunuhan,

penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!

(^_^)





12. Perang Dunia I (1914-1919). Jutaan orang terbunuh

akibat keganasan orang-orang Kristen.



Perang dunia pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9

juta manusia tewas. Tepatnya dalam buku Guinness Book

of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan

korban 9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat

bekerja seumur hidup. Demikianlah statistik kerusakan

dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang

terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat

sampingan perang tidak dapat dihitung. Angka biaya

perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta

perang sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk

mayoritas beragama Kristen.





13. Tahun 1940. Orang-orang Kristen non Katolik di

Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama

Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi

penganut agama Katolik atau mati. Gedung-gedung gereja

mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan,

gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan

gereja dibakar habis.



Sering kali para umat Ortodoks ditangkap sewaktu

mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya atau

dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka

ditentukan: dipaksa pindah agama, dikirim ke kamp

konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang selamat,

biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya

kepada para Komandan Ustachi dan para padri Katolik

yang bersama mereka."



"Pembunuhan massal dilakukan dengan membunuh secara

orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah

pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan

senjata-senjata primitif, seperti garpu, sekop, palu

dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka

tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka

mematahkan kaki, menguliti tubuh dan janggut

korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata

mereka dan bahkan mengeluarkan bola matanya."



Informasi ini direkam dalam bentuk gambar dan

kesaksian tersumpah para korban yang selamat. Mereka

tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai

contoh: 'Di desa-desa antara Vlasenica dan Kladani

tentara Nazi menemukan anak-anak yang disalib oleh

Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan

anak-anak tersebut.'



Seorang pastor Katolik bernama Juric berkata, "Saat

ini bukan merupakan suatu dosa jika membunuh anak

berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata

menghalangi gerakan Ustachi." [Dari buku Teror Katolik

Saat Ini (Catholic Terror Today) oleh Avro Manhattan]



Kemudian pada tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik

Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk membantu Italia

di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini

menginvasi dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan

pemimpin "Negara Merdeka Kroasia".



Tanggal 18 Mei 1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch

beserta rekan-rekannya. Pada hari itu juga, pembunuhan

besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai

puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para

Oustachis juga memburu kaum minoritas Serbia. Andrija

Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan

besar-besaran tersebut.





14. 29 Agustus 1942. Kejahatan perang paling buruk,

mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota

badan intelejen Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica

tidak diragukan lagi merupakan salah satu kejahatan

yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah

mengenyam pendidikan di Fransiscan College di Siroki,

Brijeg, Herzegovina, adalah seorang mahasiswa fakultas

hukum, dan seorang anggota organisasi Katolik "The

Crusaders".



Pada 29 Agustus 1942 malam, di kamp konsentrasi

Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan. Taruhan

dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi

terhadap tahanan yang jumlahnya besar itu. Peter

Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan dengan pisau

jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai

pemenang dan diangkat sebagai raja pemotong leher

manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas satu dan

babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.



Kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ustachi jauh

melampaui penyiksaan fisik yang kejam. Korban-korban

mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh

adalah kebrutalan, yang tidak pernah terjadi

sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa saksi mata

sehubungan dengan kejadian berikut ini.



Di Nevesinje, Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia

yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak. Sang

ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya.

Selama tujuh hari mereka dibiarkan kelaparan dan

kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah daging

panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan

keempat anak tersebut. Karena sangat lapar, merekapun

memakan habis daging panggang tersebut. Setelah mereka

selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang

dimakan itu adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah

contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas kendali. Ini

adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa

disangkal lagi.





15. Tahun 1942. Seorang biarawan ordo Fransiskan,

Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah

komandan kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp

konsentrasi ini merupakan kamp yang unik karena jumlah

tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini

menampung 24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000

diantaranya dibunuh dengan darah dingin. Banyak

mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di

kamp konsentrasi di Jasenovac.



Di Dubrovinick, Dalmatia, para prajurit fasis banyak

yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan

dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata

manusia, yang lainnya untaian lidah orang-orang Serbia

Ortodoks yang dibunuh.



Pada tahun 1942 ini juga, Gereja Katolik akhirnya

memang kemudian terbukti terlibat kejahatan dalam

Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas

2300 warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung

dengan Yugoslavia.



Pembantaian yang terjadi pada tahun 1942 tersebut,

menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari peran

rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari

biara Petricevac saat itu diketahui memimpin

sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk

menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan

500 perempuan.



Total selama Perang Dunia II, Statistik menyebutkan

bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut Guinness Book of

Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan

kaki-tangan, 17 juta liter darah tertumpahkan, 12 juta

anak terlahir cacat, 13.000 sekolah dasar dan

menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains

telah musnah, serta 319 milyar peluru telah

ditembakkan.



Perang Dunia I dan II yang telah mengakibatkan puluhan

juta manusia matipun disebabkan oleh negara-negara

Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia,

Amerika, dan lain-lain. Episode horror berbagai

penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat manusia

yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat

mewarnai sepanjang perang berlangsung. Setelah

membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih

suka menuduh negara-negara Islam sebagai teroris.

Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang

mengakibatkan puluhan juta manusia mati seperti

mereka.





16. Pada 4 Mei 1978, tentara Afrika Selatan membunuh

lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di

Namibia. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Tentu mereka tidak dianggap teroris oleh orang-orang

Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah

pemeluk Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan

(LRA) juga sering melakukan aksi terorisme. Namun

karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama

Kristen, tentu hampir mustahil orang-orang Kristen

memberi label "teroris" kepada mereka.



Bandingkan dengan stigma teroris yang mereka berikan

kepada Amrozy atau Imam Samudera, walaupun jumlah

korban yang (mungkin) mereka bunuh pada bom Bali 2002

lalu HANYA 200 orang. Padahal kejahatan yang dilakukan

oleh Amrozy atau Imam Samudera itu LUAR BIASA KECILNYA

kalau mau dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan

ULTRA-BIADAB baik secara kualitas maupun kuantitas

yang dilakukan oleh Kristen.





17. Pada tahun 1980-an banyak terjadi pembunuhan

terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir

John Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris,

menyimpulkan bahwa pihak keamanan Inggris terlibat

langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh

Katolik itu.



Dinas intelijen angkatan bersenjata Inggris dan polisi

Irlandia Utara, yang sebagian besar anggotanya

beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama

dengan organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya

dua aksi pembunuhan yang dilakukan UDA dihubungkan

langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia

Utara.



Sebenarnya isi laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini

hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama beredar,

bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak

selalu berperan netral sewaktu perang saudara di tahun

1980-an.





18. April-Mei 1994. Terjadi aksi pembantaian

besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu

terhadap Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi

tewas dibantai Hutu.



Rwanda adalah sebuah negara di Afrika yang berpenduduk

mayoritas 70% beragama Kristen, yang terdiri dari

pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua

adalah animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan

9% penganut. Berdasarkan etnis di Rwanda yang paling

dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku

Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.



Di Rwanda kurang lebih 800.000 (sumber lain

menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban

pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku

Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran

moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga

menjadi korban pembantaian tersebut.



Kilas balik peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden

Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari Tanzania

untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh

oleh kelompok ekstrim anggota partainya sendiri saat

mencoba mendarat di Kigali, ibukota Rwanda.



Kematian Habyarimana dijadikan alasan untuk

menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda dan

beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada

kelompok pembantai yang disebut interahamwe; yang

artinya 'mereka yang bertarung bersama', dan secara

terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian

itu.



Kelompok angkatan bersenjata Rwanda membantu aksi

interahamwe itu setiap kali para pembunuh itu

menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat

transportasi dan bahan bakar membuat pasukan maut itu

mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi yang cukup

terisolasi.



"Anda harus bekerja lebih keras, kuburannya belum

penuh," dorong sebuah suara di radio. Bulan April

1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai

terjadi di Rwanda, masyarakat biasa seakan tak bisa

lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian dunia tempat

kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik,

begitulah cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda

di musim semi tersebut, stasiun-stasiun radio terkenal

nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut

massa Hutu untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga

mereka.



Stasiun radio yang paling terkenal di antara semuanya

adalah RTLM (Radio Televison des Milles Collines),

Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal

karena para disc jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan

karena pencampuran musik Afrika yang menarik, program

beritanya, dan analisa politiknya.



Didirikan tahun 1993 dan dimiliki oleh anggota

keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana, stasiun

ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang

keunggulan kaum Hutu, namun kebanyakan masyarakat

non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini karena

musik yang mereka putarkan.



Dalam kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang

dipersiapkan untuk melakukan genosida. Ketika

pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah

diciptakan oleh para pemilik dan manager stasiun

tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar mengerikan

darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh

Rwanda. RTLM-lah yang memberikan sinyal untuk memulai

pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum Hutu yang

moderat.



Tanggal 7 dan 8 April RTLM menyiarkan: "Anda harus

membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa ..."

Tanggal 13 Mei: "Anda yang sedang mendengarkan kami,

bangkitlah agar kita dapat berjuang demi Rwanda kita

... Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki; Anda

yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang

memiliki tombak bertempurlah dengan tombak; Bawa

alat-alat tradisional Anda ... Kita semua harus

melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka,

membasmi mereka, buang mereka dari seluruh negara...

Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama sekali."

Dan pada tanggal 2 Juli: "Saya tidak tahu apakah Tuhan

akan membantu kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]...

namun kita harus bangkit untuk membasmi ras

orang-orang jahat ini... Mereka harus dibasmi karena

tidak ada cara lain."



Pesan tersebut berhasil. Bulan Juli 1994, ketika

kemenangan Tutsi yang dipimpin Front Patriotis Rwanda

(RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta

rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum

Hutu yang termasuk dalam partai-partai demokratis di

Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan

sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya

hampir 1 juta korban jiwa dari peristiwa tersebut

merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen

yang kesekian kalinya.





19. 28 April 2002. Penyerangan dan pembantaian di desa

Soya, Ambon. Pada tanggal tersebut dua tahun lalu,

terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di

Ambon. Dan yang menjadi korbannya adalah umat Kristen

semua, belasan yang tewas dan luka-luka, termasuk

seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai

dengan keji. Banyak rumah-rumah yang dibakar dan

gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.



Ketika itu dengan lantangnya dan serempak seluruh umat

Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah pelaku yang

berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedy

pembantaian terhadap umat Kristen di Desa Soya dan

ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang paling diexpose

oleh media-media atau situs corong Kristen terutama

yang gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di

situs Ambon Berdarah online, atau lebih tepatnya

"ON-LIE".



Walaupun tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua,

bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun kelompok

dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa

Soya yang jalannya sulit dan berliku-liku itu tanpa

diketahui oleh orang dalam desa tersebut? Ternyata

jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG

MELAKUKAN PEMBANTAIAN TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA

SENDIRI ITU!



Tujuan mereka TEGA melakukan pembantaian terhadap umat

dan gerejanya sendiri itu adalah supaya konflik di

Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus

berlangsung, syukur-syukur eskalasinya makin besar

sehingga dapat mengundang kekuatan PBB pimpinan Si

Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK

untuk masuk kesana.



Tujuan mereka sudah jelas, referendum bagi masyarakat

Maluku! Dan melihat perimbangan populasi penduduk di

Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang

Kristennya, karena umat Islamnya banyak yang sudah

mereka bantai dan para pendatang dari luar Maluku

seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain

sudah banyak pulang ke daerah asalnya akibat konflik

berdarah yang dilancarkan pasukan salibis ini, maka

mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam

referendum itu nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!



DITANGKAP, 13 TERSANGKA PELAKU KERUSUHAN AMBON

----------------------------------------------



JAKARTA (Media): Tiga belas tersangka pelaku peledakan

bom dan aksi penyerangan Desa Soya, Ambon, ditangkap

Kepolisian Daerah (Polda) Maluku.



Mereka kini berada di tahanan Mabes Polri. "Mabes

Polri telah menerima tujuh orang tersangka yang

diserahkan kemarin (Minggu, 20/10) dan enam orang

tersangka diserahkan hari ini (kemarin)," Ujar Kepala

Badan Hubungan Masyarakat (Kabahumas) Irjen Saleh Saaf

di Mabes Polri, kemarin.



Saleh menjelaskan ke-13 tersangka pelaku tersebut

ditangkap Polda Maluku sejak 12 Mei 2002 hingga 21

Oktober 2002. mereka antara lain Yunus Tanalepy,

Hengky Tatipikalawan, Morgan Manuhutu, Amstrong, Yunus

Luhulima, Semol Polhapessy, Boy Ltrt, Yani Rvl, Jemy

Rvl, Kony Sahertian, Lukas Tomasoa, Rait L, dan

Abraham.



Selain itu, empat tersangka lainnya, yang diduga

sebagai otak pelaku kerusuhan di Ambon selama ini

(Berty Loupatty, Hans Nanlohy, Martin Tomasowa, dan

Andrey Polhapessy), saat ini masih buron dan masuk

dalam daftar pencarian orang (DPO).



Teror

-----

Dalam pemeriksaan sementara yang dilakukan penyidik

dari Polda Maluku dan Mabes Polri, mereka mengaku

telah melakukan teror bom dan penyerangan di beberapa

tempat, antara lain di Desa Porto dan Desa Soya.

Selain itu, mereka juga melakukan teror bom, seperti

di Pasar Ikan, Merdeka, KM Kalifornia, Lapangan

Merdeka, Jalan Teluk Besi, dan pemicu konflik antara

Brimob dan Kopassus.



Penyerangan atas Desa Soya terjadi pada minggu subuh,

28 April 2002, merenggut 14 nyawa. Selain itu, 23

rumah, satu tempat ibadah dan balai pertemuan dibakar.

Sedangkan ledakan di Lapangan Merdeka terjadi pada 8

Juni 2002 mengakibatkan tiga remaja tewas dan delapan

lainnya luka-luka.



Saleh menambahkan, dengan tertangkapnya 13 orang itu,

akhirnya diketahui, merekalah yang menyerang Desa

Soya, menyerang desa yang dihuni orang-orang Kristen.

"Mereka adalah ORANG-ORANG DARI KELOMPOK MERAH dan

ORANG-ORANG KRISTEN SENDIRI. Jadi, saya simpulkan

bahwa di Ambon ada kelompok avonturir yang tidak

menginginkan Ambon aman dan damai," katanya.



Dengan tertangkapnya 13 tersangka ini, menurut Saleh,

terungkap bahwa kerusuhan yang terjadi di Ambon selama

ini bukan konflik antaretnis dan agama.



Saleh menjelaskan motivasi orang-orang tersebut adalah

untuk melakukan provokasi. Mereka menginginkan Ambon

tetap bergolak dan bisa dijadikan lahan bisnis

penjualan bahan peledak, bom, dan senjata api.



Menurut Saleh, tidak tertutup kemungkinan, mereka juga

berusaha memecah belah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dengan tujuan agar masyarakat di Maluku

tidak mempercayai pemerintah.



Ketika ditanya apakah kelompok ini berkaitan dengan

kelompok yang membuat kerusuhan di Poso dan Nanggroe

Aceh Darussalam, Saleh mengatakan, "Kita sedang

identifikasi dan dalami."



Tentang kemungkinan keterlibatan elite politik dan

orang Jakarta, Saleh mengatakan pihaknya sedang

mencoba menyelidiki hal itu. "Itulah sebabnya mengapa

mereka dibawa ke Jakarta." (Emh/J-3)



Media Indonesia NO. 8028, TAHUN XXXIII HALAMAN 28

SELASA, 22 OKTOBER 2002.





20. Tidak di Rwanda saja, bulan Agustus 2004 lalu juga

terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh

suku Hutu di Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah

pemeluk agama Kristen dan 32% animisme. Suku Hutu

merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan

85%, kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas

suku Twa (Pigmy) 1%.



Ratusan pengungsi Tutsi yang sedang tertidur lelap

DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di daerah

perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi

menuduh milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau

setidaknya memiliki hubungan dengan teroris-teroris

(Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku

Tutsi disana tahun 1994.



Namun yang pasti, didukung atau tidak, memiliki

hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang Kristen

dan mereka biadab.



sumber :dari milis tetangga eramuslim by Forza Islam 2004

KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP KRISTEN SENDIRI

1 24 Juni 1096 di Semlin, Hongaria. Ribuan orang

dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka

untuk merebut Yerusalem. Tidak seperti di kota-kota

Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria

ini, sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin,

menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan

makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk.

Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam.



Walau pun sama-sama beragama Kristen, mereka tidak

senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah

pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan.

Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 orang

saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di

bawah pimpinan sang Rahib.





2. Pada 9 September 1096 di Nikaia, Xerigordon (dahulu

wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika

menaklukan Antiochia di tahun yang sama antara

10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh

oleh pasukan Salib Kristen.





3. Tahun 1205. Paus Innocent kedua yang lain

menyingkirkan King John of England karena menyerang

beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa

mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb:



"Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan

Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung

kami Paus Innocent, dan seluruh penerus katoliknya.

Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai

penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami telah

menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan

kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound

diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang

perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di

tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan

sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris."



Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel

Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman

123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode

ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran

ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka dihukum

gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang

mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun

1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup

1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur

dan 97.023 orang disiksa hingga mati.



Itulah Kristen: AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA

BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER NYOWO, AGAMA

IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan

lainnya yang seram-seram untuk menggambarkan

track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya

menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR

PEMBANTAIAN.



Bahkan agama kalian juga pantas diberi label sebagai

AGAMA KANIBAL karena pada 11 Desember 1098 di Marra

(Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang,

karena kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang

sudah membusuk dimakan oleh Pasukan Salib Kristen,

fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini

telah diakui sendiri oleh pasukan salib tersebut dalam

surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan

keji, ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan

memakan daging manusia. Benar-benar tak ada

tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen

itu.



Manusia biasa tentu tidak sanggup melakukan berbagai

macam kekejaman dan kebiadaban tak henti-henti dengan

berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang

sanggup.





4. Tahun 1209. Perang Salib Albigensia diumumkan oleh

Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di

Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi

pembantaian terhadap Kelompok Cathary oleh Paus

Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.



Sejak awal mula perkembangan Kristen, banyak sekali

aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus. Contohnya,

adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup

di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut

Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman

Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging

adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma

dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah

disalib dan dibangkitkan.



Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi

Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang

jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan

"sihirnya" dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan.

Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan

persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada

raja-raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata,

sehingga ribuan orang penganut aliran Cathary ini

dibantai.





5. 27 Mei 1234, Sekitar 5000 sampai 11.000 Petani

Steding (Jerman) Pria, Wanita dan anak-anak dibunuh

karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik

leher.



Jangan heran melihat betapa semangatnya orang-orang

Kristen untuk menghabisi nyawa orang lain tak

henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk

melakukan hal itu memang ada dalam Alkitab mereka,

kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik yang bapak

maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban

dan kebrutalan mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang

ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing dalam

setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan

dan segala kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh

orang Kristen.



TUHAN BABE, PEMEGANG REKOR PEMBANTAIAN UMAT MANUSIA

http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/39841





20 DOSA YESUS KRISTUS

http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/32798





6. Tahun 1524-1526. Kekejaman Gereja di Jerman.



Kala itu gereja di Jerman begitu manunggal dengan

negara dan sekelompok petani yang telah lama merasa

tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas

Munzer, seorang pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa

para petani dan buruh tambang lebih bisa memahami

Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat

dada para petani gemeretak dan mereka menjadi semakin

bulat menantang.



Tapi sementara pasukan petani hanya mengandalkan

artileri bikinan sendiri ditambah doa dan pidato,

pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen

dengan kanon. Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan

dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman mati. Ketika

istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu

disetujui dengan syarat. Wanita-wanita itu harus

menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan

pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju.

Akhirnya pemberontakan pun padam, setelah 130.000

petani tewas. (Goenawan Muhamad, 1991:164,165,

170-171, 210-211).





7. Tahun 1572. Pembantaian pada hari St.Bartolomeus,

orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh

Catherina de Medici.



Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang

secara fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di

Prancis. Raja Prancis dengan cerdik mengatur

pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana

Coligny, seorang pemimpin kaum Protestan. Pesta

pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.



Setelah empat hari berpesta, para serdadu diberi

tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum Protestan di

seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny

dibunuh, tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela,

kemudian kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada

Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya

dan menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga

hari dan akhirnya tubuhnya digantung di dekat bukit

yang terletak di luar kota tersebut.



Mereka juga membantai semua orang yang diketahui

beragama Protestan. Selama tiga hari pertama, lebih

dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang

sudah mati itu dibuang ke sungai dan darah mengalir di

seluruh jalan-jalan di kota menuju ke sungai sehingga

seperti membentuk aliran sungai darah. Karena

kemarahan yang meluap-luap, mereka juga membunuh

pengikut mereka sendiri kalau mereka dicurigai tidak

mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus.



Dari Paris, pembunuhan menyebar ke seluruh bagian

Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh. Hanya

sedikit orang Protestan yang selamat dari kemarahan

para penganiaya itu.





8. Tanggal 5 April 1585 sebuah tragedi pembunuhan

massal terjadi di Harlem, Belanda. Tragedi yang juga

dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat

Raja Spanyol Philip II menginstruksikan represi secara

meluas atas rakyat Belanda yang kemudian berpuncak

dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut,

sekitar 6.000 aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh

oleh tentara Spanyol. Perjuangan rakyat Belanda untuk

meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil pada

tahun 1609.





9. Tahun 1618-1648. Perang 30 tahun antara Katolik

lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.

Ada banyak wilayah, dinasti, dan isu agama yang

melatarbelakangi perang ini, namun secara keseluruhan

"Perang 30 Tahun" ini adalah perang antara

pangeran-pangeran Jerman Protestan yang beraliansi

dengan kekuatan-kekuatan asing, yaitu Perancis,

Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan

Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang

Kristen memang biadab dan haus darah.





10. 23 Oktober 1641. Pembantaian Katolik terhadap

Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih

tanggal 23 Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola,

pendiri ordo Jesuit.



Mereka merencanakan pemberontakan besar di seluruh

negeri. Semua orang Kristen (Protestan) akan dibunuh

semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka,

keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum

Protestan. Pagi harinya, para konspirator

dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka

temui langsung dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak

diberi ampun.



Kaum Protestan Irlandia terkejut. Selama ini mereka

hidup damai dan aman selama bertahun-tahun tetapi

sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri.

Mereka dibunuh oleh tetangga sendiri, teman dan bahkan

oleh saudaranya sendiri.



Tetapi kematian bukanlah hal yang mereka takuti. Para

wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi sampai

pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan

mati kehabisan darah. Wanita yang sedang hamil diikat

pada cabang pohon, bayi mereka yang belum lahir

dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para

suaminya dipaksa menyaksikan kekejaman itu. Pada

pembantaian massal di hari perayaan St.Bartholomeus

ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh

orang-orang Katolik.





11. Sekitar tahun 1890 sampai 1901 kira-kira 1300

orang kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku

Klux Klan di Amerika. Hasil daripada pelaksanaan ini

orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di

beberapa negeri di Amerika.



Berkaitan dengan budak, silahkan baca sekelumit

artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik konsep

rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja

Gospel itu berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh

orang-orang Kristen kulit putih terhadap

budak-budaknya!.



Konsep rasialisme yang ada sekarang, mulai muncul pada

abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai berkembang.

Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau

Amerika. Para pedagang budak yang hampir semuanya

Kristen itu menyebarkan paham bahwa masyarakat kulit

hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun

inferior, sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan

kasar dan harus tunduk pada perintah. Pandangan

inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa

Romawi dan Yunani.



Diperkirakan 11,8 juta rakyat Afrika diperdagangkan

selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di mana

sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan

menyeberangi samudera Atlantik. Pada abad 19, tercatat

bahwa 90% budak belian adalah anak-anak. Beberapa

negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena

perdagangan budak ini. Perbudakan Afrika adalah

saudara kembar kolonialisme di benua itu.



Bahkan ada satu fakta menarik, bahwa musik Rap yang

kita kenal sekarang ini adalah berasal dari

budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh

orang-orang Kristen kulit putih.



Kebanyakan buku, Acara Tv dan sejarawan mengatakan

bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx, tapi ini

tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau

sekarang dimulai sekitar 1970 di Boogie Down Bronx.

Untuk mengerti secara keseluruhan, kita harus kembali

ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk

lebih spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah

mereka dalam bait-bait ritmik dan nyanyian.



Karena ada banyak suku-suku, banyak terdapat bahasa

daerah dan suku-suku yang bahasa mereka seringnya

tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah

dan legenda mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk

menceritakannya. Karena pedagang budak kulit putih

datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku

mereka.



Orang Afrika asli membawa cerita dan rima mereka

bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang

budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan

"Bahasa Ibu" (bahasa afrika asli). Para pedagang budak

itu berpikir bahwa mereka berencana untuk membuat

rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka di

perbolehkan untuk menyanyi. Ini membuat para budak

bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para budak

wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew

(para pembantu pedagang budak). Budak wanita dijadikan

bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini bisa

memakan waktu hingga sebulan.



Dan bila dari sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak

yang selamat, itu adalah perjalanan yang bagus. Dan

bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan

harga yang lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam

kandungan budak wanita). Lalu orang-orang Kristen/para

majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk

mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak

wanita hingga hamil dan anak hasil perbuatan itu di

jadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan

memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk

teman tidur...



Ketika mereka menyanyi mereka bekerja lebih giat

karena isi nyanyiannya adalah tentang dari mana mereka

berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu

selanjutnya, karena majikan bersifat lebih lunak, para

budak diperbolehkan libur setiap hari minggu. Pada

hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan

menyanyikan lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah

menjadi paduan suara Gospel.



Jadi musik Gospel Gereja berasal dari pembunuhan,

penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen

terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti

tersenyum bangga melihat buah hasil akibat pembunuhan,

penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!

(^_^)





12. Perang Dunia I (1914-1919). Jutaan orang terbunuh

akibat keganasan orang-orang Kristen.



Perang dunia pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9

juta manusia tewas. Tepatnya dalam buku Guinness Book

of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan

korban 9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat

bekerja seumur hidup. Demikianlah statistik kerusakan

dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang

terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat

sampingan perang tidak dapat dihitung. Angka biaya

perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta

perang sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk

mayoritas beragama Kristen.





13. Tahun 1940. Orang-orang Kristen non Katolik di

Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama

Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi

penganut agama Katolik atau mati. Gedung-gedung gereja

mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan,

gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan

gereja dibakar habis.



Sering kali para umat Ortodoks ditangkap sewaktu

mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya atau

dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka

ditentukan: dipaksa pindah agama, dikirim ke kamp

konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang selamat,

biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya

kepada para Komandan Ustachi dan para padri Katolik

yang bersama mereka."



"Pembunuhan massal dilakukan dengan membunuh secara

orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah

pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan

senjata-senjata primitif, seperti garpu, sekop, palu

dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka

tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka

mematahkan kaki, menguliti tubuh dan janggut

korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata

mereka dan bahkan mengeluarkan bola matanya."



Informasi ini direkam dalam bentuk gambar dan

kesaksian tersumpah para korban yang selamat. Mereka

tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai

contoh: 'Di desa-desa antara Vlasenica dan Kladani

tentara Nazi menemukan anak-anak yang disalib oleh

Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan

anak-anak tersebut.'



Seorang pastor Katolik bernama Juric berkata, "Saat

ini bukan merupakan suatu dosa jika membunuh anak

berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata

menghalangi gerakan Ustachi." [Dari buku Teror Katolik

Saat Ini (Catholic Terror Today) oleh Avro Manhattan]



Kemudian pada tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik

Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk membantu Italia

di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini

menginvasi dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan

pemimpin "Negara Merdeka Kroasia".



Tanggal 18 Mei 1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch

beserta rekan-rekannya. Pada hari itu juga, pembunuhan

besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai

puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para

Oustachis juga memburu kaum minoritas Serbia. Andrija

Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan

besar-besaran tersebut.





14. 29 Agustus 1942. Kejahatan perang paling buruk,

mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota

badan intelejen Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica

tidak diragukan lagi merupakan salah satu kejahatan

yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah

mengenyam pendidikan di Fransiscan College di Siroki,

Brijeg, Herzegovina, adalah seorang mahasiswa fakultas

hukum, dan seorang anggota organisasi Katolik "The

Crusaders".



Pada 29 Agustus 1942 malam, di kamp konsentrasi

Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan. Taruhan

dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi

terhadap tahanan yang jumlahnya besar itu. Peter

Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan dengan pisau

jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai

pemenang dan diangkat sebagai raja pemotong leher

manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas satu dan

babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.



Kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ustachi jauh

melampaui penyiksaan fisik yang kejam. Korban-korban

mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh

adalah kebrutalan, yang tidak pernah terjadi

sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa saksi mata

sehubungan dengan kejadian berikut ini.



Di Nevesinje, Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia

yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak. Sang

ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya.

Selama tujuh hari mereka dibiarkan kelaparan dan

kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah daging

panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan

keempat anak tersebut. Karena sangat lapar, merekapun

memakan habis daging panggang tersebut. Setelah mereka

selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang

dimakan itu adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah

contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas kendali. Ini

adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa

disangkal lagi.





15. Tahun 1942. Seorang biarawan ordo Fransiskan,

Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah

komandan kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp

konsentrasi ini merupakan kamp yang unik karena jumlah

tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini

menampung 24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000

diantaranya dibunuh dengan darah dingin. Banyak

mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di

kamp konsentrasi di Jasenovac.



Di Dubrovinick, Dalmatia, para prajurit fasis banyak

yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan

dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata

manusia, yang lainnya untaian lidah orang-orang Serbia

Ortodoks yang dibunuh.



Pada tahun 1942 ini juga, Gereja Katolik akhirnya

memang kemudian terbukti terlibat kejahatan dalam

Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas

2300 warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung

dengan Yugoslavia.



Pembantaian yang terjadi pada tahun 1942 tersebut,

menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari peran

rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari

biara Petricevac saat itu diketahui memimpin

sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk

menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan

500 perempuan.



Total selama Perang Dunia II, Statistik menyebutkan

bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut Guinness Book of

Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan

kaki-tangan, 17 juta liter darah tertumpahkan, 12 juta

anak terlahir cacat, 13.000 sekolah dasar dan

menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains

telah musnah, serta 319 milyar peluru telah

ditembakkan.



Perang Dunia I dan II yang telah mengakibatkan puluhan

juta manusia matipun disebabkan oleh negara-negara

Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia,

Amerika, dan lain-lain. Episode horror berbagai

penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat manusia

yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat

mewarnai sepanjang perang berlangsung. Setelah

membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih

suka menuduh negara-negara Islam sebagai teroris.

Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang

mengakibatkan puluhan juta manusia mati seperti

mereka.





16. Pada 4 Mei 1978, tentara Afrika Selatan membunuh

lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di

Namibia. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Tentu mereka tidak dianggap teroris oleh orang-orang

Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah

pemeluk Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan

(LRA) juga sering melakukan aksi terorisme. Namun

karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama

Kristen, tentu hampir mustahil orang-orang Kristen

memberi label "teroris" kepada mereka.



Bandingkan dengan stigma teroris yang mereka berikan

kepada Amrozy atau Imam Samudera, walaupun jumlah

korban yang (mungkin) mereka bunuh pada bom Bali 2002

lalu HANYA 200 orang. Padahal kejahatan yang dilakukan

oleh Amrozy atau Imam Samudera itu LUAR BIASA KECILNYA

kalau mau dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan

ULTRA-BIADAB baik secara kualitas maupun kuantitas

yang dilakukan oleh Kristen.





17. Pada tahun 1980-an banyak terjadi pembunuhan

terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir

John Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris,

menyimpulkan bahwa pihak keamanan Inggris terlibat

langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh

Katolik itu.



Dinas intelijen angkatan bersenjata Inggris dan polisi

Irlandia Utara, yang sebagian besar anggotanya

beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama

dengan organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya

dua aksi pembunuhan yang dilakukan UDA dihubungkan

langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia

Utara.



Sebenarnya isi laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini

hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama beredar,

bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak

selalu berperan netral sewaktu perang saudara di tahun

1980-an.





18. April-Mei 1994. Terjadi aksi pembantaian

besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu

terhadap Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi

tewas dibantai Hutu.



Rwanda adalah sebuah negara di Afrika yang berpenduduk

mayoritas 70% beragama Kristen, yang terdiri dari

pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua

adalah animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan

9% penganut. Berdasarkan etnis di Rwanda yang paling

dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku

Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.



Di Rwanda kurang lebih 800.000 (sumber lain

menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban

pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku

Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran

moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga

menjadi korban pembantaian tersebut.



Kilas balik peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden

Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari Tanzania

untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh

oleh kelompok ekstrim anggota partainya sendiri saat

mencoba mendarat di Kigali, ibukota Rwanda.



Kematian Habyarimana dijadikan alasan untuk

menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda dan

beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada

kelompok pembantai yang disebut interahamwe; yang

artinya 'mereka yang bertarung bersama', dan secara

terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian

itu.



Kelompok angkatan bersenjata Rwanda membantu aksi

interahamwe itu setiap kali para pembunuh itu

menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat

transportasi dan bahan bakar membuat pasukan maut itu

mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi yang cukup

terisolasi.



"Anda harus bekerja lebih keras, kuburannya belum

penuh," dorong sebuah suara di radio. Bulan April

1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai

terjadi di Rwanda, masyarakat biasa seakan tak bisa

lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian dunia tempat

kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik,

begitulah cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda

di musim semi tersebut, stasiun-stasiun radio terkenal

nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut

massa Hutu untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga

mereka.



Stasiun radio yang paling terkenal di antara semuanya

adalah RTLM (Radio Televison des Milles Collines),

Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal

karena para disc jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan

karena pencampuran musik Afrika yang menarik, program

beritanya, dan analisa politiknya.



Didirikan tahun 1993 dan dimiliki oleh anggota

keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana, stasiun

ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang

keunggulan kaum Hutu, namun kebanyakan masyarakat

non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini karena

musik yang mereka putarkan.



Dalam kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang

dipersiapkan untuk melakukan genosida. Ketika

pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah

diciptakan oleh para pemilik dan manager stasiun

tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar mengerikan

darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh

Rwanda. RTLM-lah yang memberikan sinyal untuk memulai

pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum Hutu yang

moderat.



Tanggal 7 dan 8 April RTLM menyiarkan: "Anda harus

membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa ..."

Tanggal 13 Mei: "Anda yang sedang mendengarkan kami,

bangkitlah agar kita dapat berjuang demi Rwanda kita

... Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki; Anda

yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang

memiliki tombak bertempurlah dengan tombak; Bawa

alat-alat tradisional Anda ... Kita semua harus

melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka,

membasmi mereka, buang mereka dari seluruh negara...

Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama sekali."

Dan pada tanggal 2 Juli: "Saya tidak tahu apakah Tuhan

akan membantu kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]...

namun kita harus bangkit untuk membasmi ras

orang-orang jahat ini... Mereka harus dibasmi karena

tidak ada cara lain."



Pesan tersebut berhasil. Bulan Juli 1994, ketika

kemenangan Tutsi yang dipimpin Front Patriotis Rwanda

(RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta

rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum

Hutu yang termasuk dalam partai-partai demokratis di

Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan

sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya

hampir 1 juta korban jiwa dari peristiwa tersebut

merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen

yang kesekian kalinya.





19. 28 April 2002. Penyerangan dan pembantaian di desa

Soya, Ambon. Pada tanggal tersebut dua tahun lalu,

terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di

Ambon. Dan yang menjadi korbannya adalah umat Kristen

semua, belasan yang tewas dan luka-luka, termasuk

seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai

dengan keji. Banyak rumah-rumah yang dibakar dan

gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.



Ketika itu dengan lantangnya dan serempak seluruh umat

Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah pelaku yang

berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedy

pembantaian terhadap umat Kristen di Desa Soya dan

ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang paling diexpose

oleh media-media atau situs corong Kristen terutama

yang gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di

situs Ambon Berdarah online, atau lebih tepatnya

"ON-LIE".



Walaupun tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua,

bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun kelompok

dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa

Soya yang jalannya sulit dan berliku-liku itu tanpa

diketahui oleh orang dalam desa tersebut? Ternyata

jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG

MELAKUKAN PEMBANTAIAN TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA

SENDIRI ITU!



Tujuan mereka TEGA melakukan pembantaian terhadap umat

dan gerejanya sendiri itu adalah supaya konflik di

Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus

berlangsung, syukur-syukur eskalasinya makin besar

sehingga dapat mengundang kekuatan PBB pimpinan Si

Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK

untuk masuk kesana.



Tujuan mereka sudah jelas, referendum bagi masyarakat

Maluku! Dan melihat perimbangan populasi penduduk di

Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang

Kristennya, karena umat Islamnya banyak yang sudah

mereka bantai dan para pendatang dari luar Maluku

seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain

sudah banyak pulang ke daerah asalnya akibat konflik

berdarah yang dilancarkan pasukan salibis ini, maka

mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam

referendum itu nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!



DITANGKAP, 13 TERSANGKA PELAKU KERUSUHAN AMBON

----------------------------------------------



JAKARTA (Media): Tiga belas tersangka pelaku peledakan

bom dan aksi penyerangan Desa Soya, Ambon, ditangkap

Kepolisian Daerah (Polda) Maluku.



Mereka kini berada di tahanan Mabes Polri. "Mabes

Polri telah menerima tujuh orang tersangka yang

diserahkan kemarin (Minggu, 20/10) dan enam orang

tersangka diserahkan hari ini (kemarin)," Ujar Kepala

Badan Hubungan Masyarakat (Kabahumas) Irjen Saleh Saaf

di Mabes Polri, kemarin.



Saleh menjelaskan ke-13 tersangka pelaku tersebut

ditangkap Polda Maluku sejak 12 Mei 2002 hingga 21

Oktober 2002. mereka antara lain Yunus Tanalepy,

Hengky Tatipikalawan, Morgan Manuhutu, Amstrong, Yunus

Luhulima, Semol Polhapessy, Boy Ltrt, Yani Rvl, Jemy

Rvl, Kony Sahertian, Lukas Tomasoa, Rait L, dan

Abraham.



Selain itu, empat tersangka lainnya, yang diduga

sebagai otak pelaku kerusuhan di Ambon selama ini

(Berty Loupatty, Hans Nanlohy, Martin Tomasowa, dan

Andrey Polhapessy), saat ini masih buron dan masuk

dalam daftar pencarian orang (DPO).



Teror

-----

Dalam pemeriksaan sementara yang dilakukan penyidik

dari Polda Maluku dan Mabes Polri, mereka mengaku

telah melakukan teror bom dan penyerangan di beberapa

tempat, antara lain di Desa Porto dan Desa Soya.

Selain itu, mereka juga melakukan teror bom, seperti

di Pasar Ikan, Merdeka, KM Kalifornia, Lapangan

Merdeka, Jalan Teluk Besi, dan pemicu konflik antara

Brimob dan Kopassus.



Penyerangan atas Desa Soya terjadi pada minggu subuh,

28 April 2002, merenggut 14 nyawa. Selain itu, 23

rumah, satu tempat ibadah dan balai pertemuan dibakar.

Sedangkan ledakan di Lapangan Merdeka terjadi pada 8

Juni 2002 mengakibatkan tiga remaja tewas dan delapan

lainnya luka-luka.



Saleh menambahkan, dengan tertangkapnya 13 orang itu,

akhirnya diketahui, merekalah yang menyerang Desa

Soya, menyerang desa yang dihuni orang-orang Kristen.

"Mereka adalah ORANG-ORANG DARI KELOMPOK MERAH dan

ORANG-ORANG KRISTEN SENDIRI. Jadi, saya simpulkan

bahwa di Ambon ada kelompok avonturir yang tidak

menginginkan Ambon aman dan damai," katanya.



Dengan tertangkapnya 13 tersangka ini, menurut Saleh,

terungkap bahwa kerusuhan yang terjadi di Ambon selama

ini bukan konflik antaretnis dan agama.



Saleh menjelaskan motivasi orang-orang tersebut adalah

untuk melakukan provokasi. Mereka menginginkan Ambon

tetap bergolak dan bisa dijadikan lahan bisnis

penjualan bahan peledak, bom, dan senjata api.



Menurut Saleh, tidak tertutup kemungkinan, mereka juga

berusaha memecah belah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dengan tujuan agar masyarakat di Maluku

tidak mempercayai pemerintah.



Ketika ditanya apakah kelompok ini berkaitan dengan

kelompok yang membuat kerusuhan di Poso dan Nanggroe

Aceh Darussalam, Saleh mengatakan, "Kita sedang

identifikasi dan dalami."



Tentang kemungkinan keterlibatan elite politik dan

orang Jakarta, Saleh mengatakan pihaknya sedang

mencoba menyelidiki hal itu. "Itulah sebabnya mengapa

mereka dibawa ke Jakarta." (Emh/J-3)



Media Indonesia NO. 8028, TAHUN XXXIII HALAMAN 28

SELASA, 22 OKTOBER 2002.





20. Tidak di Rwanda saja, bulan Agustus 2004 lalu juga

terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh

suku Hutu di Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah

pemeluk agama Kristen dan 32% animisme. Suku Hutu

merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan

85%, kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas

suku Twa (Pigmy) 1%.



Ratusan pengungsi Tutsi yang sedang tertidur lelap

DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di daerah

perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi

menuduh milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau

setidaknya memiliki hubungan dengan teroris-teroris

(Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku

Tutsi disana tahun 1994.



Namun yang pasti, didukung atau tidak, memiliki

hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang Kristen

dan mereka biadab.



sumber :dari milis tetangga eramuslim by Forza Islam 2004