Assalaamualaikum dan salam hormat.
Tulisan ini asalnya dipetik@adopsi dari Tulisan Bintang Asy-Syura, melalui blognya http://bin99.wordpress.com…Ia adalah satu tulisan yang sangat bagus, yang menjelaskan mengapa ALLah Taala menyatakan ZatNya dengan kalimah Kami.
Memang penggunaan kalimah Kami ini dijadikan hujah oleh misionari dan zending Kristen untuk meragu-ragukan keimanan umat Islam yang jahil tentang bahasa al-Quran. Maka mereka mengatakan tidak ada bezanya Tuhan Islam dan Tuhan Kristen. Maka dihasutnya orang Islam itu supaya murtad.
Maka penjelasan dari Bintang Asy-Syura ini pastinya dapat merungkai persoalan ini…Semoga ALLah Taala memeberikan RedhoNya kepada Bintang Asy-Syura atas usahanya menyusun tulisan ini…Dan penulis hanya menambah atau merubah beberapa kalimah untuk memudahkan pengertian bahasanya sahaja.
____________________
Penggunaan kata “KAMI” Dalam Al-Qur’an
Oleh Bintang Asy-Syura
Seringkali, orang kafir mencoba mengganggu iman kita dengan bertanya, mengapa Qur’an banyak menggunakan kata KAMI untuk ALLAH? Bukankah kami itu banyak? Itu berarti Qur’an pun mengakui “Tuhan” bapa, “Tuhan” anak & “Tuhan” roh!
Terkadang umat Islam sering tidak dapat menajwab pertanyaan ini. Pertanyaan boleh sahaja bermula dari tidak tahu, namun banyak pula para kufar yg berusaha untuk membodohi umat Islam yang tidak memahami dengan bahasa arab. Pertanyaan seperti ini sering dijadikan senjata melawan umat Islam, mengelirukan, menggoncangkan iman dengan mengatakan Tuhan Islam sama sahaja dengan Tuhan mereka dan seterusnya memurtadkan umat Islam.
Sebenarnya penggunaan kata KAMI ini terbahagi kepada beberapa konteks…
Konteks Penggunaan Pertama
Yang utama harus diingat ialah, Bahasa Arab adalah bahasa yang paling sukar didunia (dan bahasa paling sukar kedua adalah Bahasa China dan ada yang mengatakan bahasa Sanskrit).
Hal ini disebabkan dalam satu perkataan, bahasa arab bisa memiliki banyak makna. kandungan seni serta balaghah dan fashohahnya
Contohnya jantina@gender, dalam suatu daerah bisa bermakna lelaki, tapi dalam daerah lain bisa bermakna perempuan.
Dalam tata bahasa Arab, ada kata ganti pertama singular (ana), dan ada kata ganti pertama plural (nahnu). Ia sama dengan tata bahasa lainnya…Akan tetapi dalam bahasa Arab, kata ganti pertama plural dapat dan sering, difungsikan sebagai singular. Dalam gramer (nahu@saraf) Arab hal ini disebut “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” , kata ganti pertama yang mengagungkan dirinya sendiri. Ini kerana dhamir ‘NAHNU’ ialah dalam bentuk jamak yang berarti kita atau kami tetapi dalam ilmu NAHU, maknanya tak cuma kami, tapi aku, saya dan lainnya.
Permasalahannya terjadi setelah al-Quran yang berbahasa Arab, dengan kekhususan gramer@nahunya diterjemahkan ke dalam bahasa lain termasuk Indonesia, yang tak mengenal “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” tersebut. Akan tetapi, setelah mengetahui perbedaan gramer ini, masalah kejanggalan ini segera dapat dimengerti dan dimaklumi.
Bagaimana mungkin aqidah Islam yang sangat logis dan kuat itu mau ditumbangkan cuma dengan bekal logika bahasa yang setengah-setengah. Ertinya jika memang “KAMI” dalam Qur’an diartikan sebagai lebih dari 1, lalu mengapa orang arab yg jauh lagi faham akan bahasa arab tidak menyembah lebih dari 1 ALLAH? Seharusnya merekalah terlebig dahulu meninggalkan Islam dan al-Quran. Namun ini tidak berlaku kerana mereka memang mengetahui istilah KAMI ini adalah hanya perbezaan “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” ini…Ya memang al-Quran itu bahasa mereka sendiri.
Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sedangkan Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi, memiliki kiasan mendalam.
Selain kata ‘Nahnu”, ada juga kata ‘antum’ yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah kalian (jamak). Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan panggilan ‘antum’, maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan ketimbang menggunakan sapaan ‘anta’.
Kata ‘Nahnu` tidak selalu bermakna banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah SWT. Ini dipelajari dalam ilmu balaghah. Contoh: Dalam bahasa kita ada juga penggunaan kata “Kami” tapi bermakna tunggal. Misalnya seorang Kepala Sekolah dalam pidato sambutan berkata,”Kami sebagai kepala sekolah berpesan . . . “ padahal Kepala Sekolah hanya dia sendiri dan tidak banyak, tapi dia bilang “Kami”. Lalu apakah kalimat itu bermakna bahwa Kepala Sekolah sebenarnya ada banyak, atau hanya satu ?
Kata “kami” dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa diserap@dihayati oleh orang asing yang tidak mengerti rasa bahasa. Atau mungkin juga karena di barat tidak lazim digunakan kata-kata seperti itu.
Kalau umat kristian tidak bisa faham rasa bahasa ini, harap maklum saja, karena alkitab bible mereka memang telah kehilangan rasa bahasa. Bahkan bukan hanya kehilangan rasa bahasa, tapi juga kehilangan kesucian sebuah kitab suci. Bahkan bahasa asal Ibrani sendiri tidak dikenal oleh majority umat Kristen itu sendiri. Seperti yg sudah diketahui banyak orang, alkitab Kristiani merupakan terjemahan dari terjemahan, yang telah diterjemahkan dari terjemahan sebelumnya. Ada sekian ribu versi bible yang antara satu dan lainnya bukan saja tidak sama tapi juga bertolak belakang. Jadi wajar bila alkitab christian mereka itu tidak punya balaghoh, logika, rasa dan gaya bahasa. Dia adalah tulisan karya manusia yang kering dari nilai ilmiah.
Di dalam Al-Quran ada penggunaan yang kalau kita pahami secara harfiyah akan berbeda dengan kenyataannya. Misalnya penggunaan kata ‘ummat’. Biasanya kita memahami bahwa makna ummat adalah kumpulan dari orang-orang. Minimal menunjukkan sesuatu yang banyak. Namun Al-Quran ketika menyebut Nabi Ibrahim yang saat itu hanya sendiri saja, tetap disebut dengan ummat. “Sesungguhnya Ibrahim adalah “UMMATAN” yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif . Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan” (An-Nahl 16: 120)
Konteks Penggunaan Kedua.
Kata “Kami” bermakna bahwa dalam mengerjakan tindakan tersebut, Allah melibatkan unsur-unsur makhluk (selain diri-Nya sendiri):
1) Dalam kasus nuzulnya al-Qur’an, makhluk-makhluk yang terlibat dalam pewahyuan dan dinyatakan adalah malaikat, terutama Jibril;
2) Nabi sendiri 3)
3) Para pencatat/penulis wahyu
4) 4) Para huffadz (penghafal) dll.
Coba perhatikan baik-baik, kebanyakan ayat-ayat yang bercerita tentang turunnya al-Qur’an dalam format kalimat aktif, Allah cenderung menggunakan kata Kami…
Contohnya Firman ALLah Taala bermaksud “Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Zikr [Al-Qur'an] dan Kami yang menjaganya” (al-Hijr 15: 9)
Contoh lain, coba lihat ayat-ayat tentang mencari rezki. Dalam ayat-ayat tersebut. Allah sering menggunakan kata Kami; artinya, rezki harus diusahakan oleh manusia itu sendiri, walaupun kita juga yakin bahwa rezki sudah ditentukan oleh Allah.
Konteks Penggunaan Ketiga.
Ayat yang menggunakan kata Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwa besar yang berada di luar kemampuan jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam, penciptaan bumi, dan langit. Di sini, selain peristiwa itu sendiri yang nilai besar, Allah sendiri mengukuhkan pernyataan untuk memberi kesan “Kemahaan-Nya” kepada manusia, agar manusia dapat menerima dan mengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan nalar@rasio@akal manusia…
Contohnya “Sesungguhnya KAMI telah menciptakan kamu (Adam), lalu KAMI bentuk tubuhmu, kemudian KAMI katakan kepada para malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud” (al-A’raf 7:11)
Maka dapat juga diambil kesimpulan, Kalimat AKU adalah untuk menunjukkan Keagungan ALLah Taala dan kalimah KAMI untuk menunjukkan KekuasaanNya.
Maka jika ada orang kufar berani mengganggu iman Islam, maka katakanlah yg HAQ itu HAQ & katakana pula yg BATHIL itu BATHIL. Sampaikanlah dengan hikmah & cara yg baik.
“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka…(al-Ankabut 29: 46).
Wassalam.
Senin, 18 April 2011
Minggu, 17 April 2011
KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP KRISTEN SENDIRI
1 24 Juni 1096 di Semlin, Hongaria. Ribuan orang
dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka
untuk merebut Yerusalem. Tidak seperti di kota-kota
Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria
ini, sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin,
menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan
makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk.
Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam.
Walau pun sama-sama beragama Kristen, mereka tidak
senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah
pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan.
Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 orang
saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di
bawah pimpinan sang Rahib.
2. Pada 9 September 1096 di Nikaia, Xerigordon (dahulu
wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika
menaklukan Antiochia di tahun yang sama antara
10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh
oleh pasukan Salib Kristen.
3. Tahun 1205. Paus Innocent kedua yang lain
menyingkirkan King John of England karena menyerang
beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa
mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb:
"Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan
Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung
kami Paus Innocent, dan seluruh penerus katoliknya.
Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai
penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami telah
menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan
kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound
diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang
perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di
tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan
sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris."
Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel
Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman
123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode
ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran
ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka dihukum
gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang
mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun
1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup
1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur
dan 97.023 orang disiksa hingga mati.
Itulah Kristen: AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA
BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER NYOWO, AGAMA
IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan
lainnya yang seram-seram untuk menggambarkan
track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya
menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR
PEMBANTAIAN.
Bahkan agama kalian juga pantas diberi label sebagai
AGAMA KANIBAL karena pada 11 Desember 1098 di Marra
(Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang,
karena kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang
sudah membusuk dimakan oleh Pasukan Salib Kristen,
fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini
telah diakui sendiri oleh pasukan salib tersebut dalam
surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan
keji, ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan
memakan daging manusia. Benar-benar tak ada
tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen
itu.
Manusia biasa tentu tidak sanggup melakukan berbagai
macam kekejaman dan kebiadaban tak henti-henti dengan
berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang
sanggup.
4. Tahun 1209. Perang Salib Albigensia diumumkan oleh
Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di
Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi
pembantaian terhadap Kelompok Cathary oleh Paus
Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.
Sejak awal mula perkembangan Kristen, banyak sekali
aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus. Contohnya,
adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup
di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut
Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman
Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging
adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma
dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah
disalib dan dibangkitkan.
Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi
Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang
jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan
"sihirnya" dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan.
Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan
persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada
raja-raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata,
sehingga ribuan orang penganut aliran Cathary ini
dibantai.
5. 27 Mei 1234, Sekitar 5000 sampai 11.000 Petani
Steding (Jerman) Pria, Wanita dan anak-anak dibunuh
karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik
leher.
Jangan heran melihat betapa semangatnya orang-orang
Kristen untuk menghabisi nyawa orang lain tak
henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk
melakukan hal itu memang ada dalam Alkitab mereka,
kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik yang bapak
maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban
dan kebrutalan mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang
ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing dalam
setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan
dan segala kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh
orang Kristen.
TUHAN BABE, PEMEGANG REKOR PEMBANTAIAN UMAT MANUSIA
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/39841
20 DOSA YESUS KRISTUS
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/32798
6. Tahun 1524-1526. Kekejaman Gereja di Jerman.
Kala itu gereja di Jerman begitu manunggal dengan
negara dan sekelompok petani yang telah lama merasa
tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas
Munzer, seorang pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa
para petani dan buruh tambang lebih bisa memahami
Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat
dada para petani gemeretak dan mereka menjadi semakin
bulat menantang.
Tapi sementara pasukan petani hanya mengandalkan
artileri bikinan sendiri ditambah doa dan pidato,
pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen
dengan kanon. Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan
dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman mati. Ketika
istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu
disetujui dengan syarat. Wanita-wanita itu harus
menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan
pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju.
Akhirnya pemberontakan pun padam, setelah 130.000
petani tewas. (Goenawan Muhamad, 1991:164,165,
170-171, 210-211).
7. Tahun 1572. Pembantaian pada hari St.Bartolomeus,
orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh
Catherina de Medici.
Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang
secara fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di
Prancis. Raja Prancis dengan cerdik mengatur
pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana
Coligny, seorang pemimpin kaum Protestan. Pesta
pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.
Setelah empat hari berpesta, para serdadu diberi
tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum Protestan di
seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny
dibunuh, tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela,
kemudian kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada
Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya
dan menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga
hari dan akhirnya tubuhnya digantung di dekat bukit
yang terletak di luar kota tersebut.
Mereka juga membantai semua orang yang diketahui
beragama Protestan. Selama tiga hari pertama, lebih
dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang
sudah mati itu dibuang ke sungai dan darah mengalir di
seluruh jalan-jalan di kota menuju ke sungai sehingga
seperti membentuk aliran sungai darah. Karena
kemarahan yang meluap-luap, mereka juga membunuh
pengikut mereka sendiri kalau mereka dicurigai tidak
mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus.
Dari Paris, pembunuhan menyebar ke seluruh bagian
Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh. Hanya
sedikit orang Protestan yang selamat dari kemarahan
para penganiaya itu.
8. Tanggal 5 April 1585 sebuah tragedi pembunuhan
massal terjadi di Harlem, Belanda. Tragedi yang juga
dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat
Raja Spanyol Philip II menginstruksikan represi secara
meluas atas rakyat Belanda yang kemudian berpuncak
dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut,
sekitar 6.000 aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh
oleh tentara Spanyol. Perjuangan rakyat Belanda untuk
meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil pada
tahun 1609.
9. Tahun 1618-1648. Perang 30 tahun antara Katolik
lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.
Ada banyak wilayah, dinasti, dan isu agama yang
melatarbelakangi perang ini, namun secara keseluruhan
"Perang 30 Tahun" ini adalah perang antara
pangeran-pangeran Jerman Protestan yang beraliansi
dengan kekuatan-kekuatan asing, yaitu Perancis,
Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan
Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang
Kristen memang biadab dan haus darah.
10. 23 Oktober 1641. Pembantaian Katolik terhadap
Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih
tanggal 23 Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola,
pendiri ordo Jesuit.
Mereka merencanakan pemberontakan besar di seluruh
negeri. Semua orang Kristen (Protestan) akan dibunuh
semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka,
keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum
Protestan. Pagi harinya, para konspirator
dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka
temui langsung dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak
diberi ampun.
Kaum Protestan Irlandia terkejut. Selama ini mereka
hidup damai dan aman selama bertahun-tahun tetapi
sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri.
Mereka dibunuh oleh tetangga sendiri, teman dan bahkan
oleh saudaranya sendiri.
Tetapi kematian bukanlah hal yang mereka takuti. Para
wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi sampai
pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan
mati kehabisan darah. Wanita yang sedang hamil diikat
pada cabang pohon, bayi mereka yang belum lahir
dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para
suaminya dipaksa menyaksikan kekejaman itu. Pada
pembantaian massal di hari perayaan St.Bartholomeus
ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh
orang-orang Katolik.
11. Sekitar tahun 1890 sampai 1901 kira-kira 1300
orang kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku
Klux Klan di Amerika. Hasil daripada pelaksanaan ini
orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di
beberapa negeri di Amerika.
Berkaitan dengan budak, silahkan baca sekelumit
artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik konsep
rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja
Gospel itu berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang Kristen kulit putih terhadap
budak-budaknya!.
Konsep rasialisme yang ada sekarang, mulai muncul pada
abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai berkembang.
Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau
Amerika. Para pedagang budak yang hampir semuanya
Kristen itu menyebarkan paham bahwa masyarakat kulit
hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun
inferior, sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan
kasar dan harus tunduk pada perintah. Pandangan
inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa
Romawi dan Yunani.
Diperkirakan 11,8 juta rakyat Afrika diperdagangkan
selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di mana
sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan
menyeberangi samudera Atlantik. Pada abad 19, tercatat
bahwa 90% budak belian adalah anak-anak. Beberapa
negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena
perdagangan budak ini. Perbudakan Afrika adalah
saudara kembar kolonialisme di benua itu.
Bahkan ada satu fakta menarik, bahwa musik Rap yang
kita kenal sekarang ini adalah berasal dari
budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh
orang-orang Kristen kulit putih.
Kebanyakan buku, Acara Tv dan sejarawan mengatakan
bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx, tapi ini
tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau
sekarang dimulai sekitar 1970 di Boogie Down Bronx.
Untuk mengerti secara keseluruhan, kita harus kembali
ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk
lebih spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah
mereka dalam bait-bait ritmik dan nyanyian.
Karena ada banyak suku-suku, banyak terdapat bahasa
daerah dan suku-suku yang bahasa mereka seringnya
tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah
dan legenda mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk
menceritakannya. Karena pedagang budak kulit putih
datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku
mereka.
Orang Afrika asli membawa cerita dan rima mereka
bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang
budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan
"Bahasa Ibu" (bahasa afrika asli). Para pedagang budak
itu berpikir bahwa mereka berencana untuk membuat
rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka di
perbolehkan untuk menyanyi. Ini membuat para budak
bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para budak
wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew
(para pembantu pedagang budak). Budak wanita dijadikan
bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini bisa
memakan waktu hingga sebulan.
Dan bila dari sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak
yang selamat, itu adalah perjalanan yang bagus. Dan
bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan
harga yang lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam
kandungan budak wanita). Lalu orang-orang Kristen/para
majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk
mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak
wanita hingga hamil dan anak hasil perbuatan itu di
jadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan
memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk
teman tidur...
Ketika mereka menyanyi mereka bekerja lebih giat
karena isi nyanyiannya adalah tentang dari mana mereka
berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu
selanjutnya, karena majikan bersifat lebih lunak, para
budak diperbolehkan libur setiap hari minggu. Pada
hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan
menyanyikan lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah
menjadi paduan suara Gospel.
Jadi musik Gospel Gereja berasal dari pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen
terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti
tersenyum bangga melihat buah hasil akibat pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!
(^_^)
12. Perang Dunia I (1914-1919). Jutaan orang terbunuh
akibat keganasan orang-orang Kristen.
Perang dunia pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9
juta manusia tewas. Tepatnya dalam buku Guinness Book
of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan
korban 9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat
bekerja seumur hidup. Demikianlah statistik kerusakan
dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang
terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat
sampingan perang tidak dapat dihitung. Angka biaya
perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta
perang sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk
mayoritas beragama Kristen.
13. Tahun 1940. Orang-orang Kristen non Katolik di
Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama
Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi
penganut agama Katolik atau mati. Gedung-gedung gereja
mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan,
gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan
gereja dibakar habis.
Sering kali para umat Ortodoks ditangkap sewaktu
mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya atau
dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka
ditentukan: dipaksa pindah agama, dikirim ke kamp
konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang selamat,
biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya
kepada para Komandan Ustachi dan para padri Katolik
yang bersama mereka."
"Pembunuhan massal dilakukan dengan membunuh secara
orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah
pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan
senjata-senjata primitif, seperti garpu, sekop, palu
dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka
tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka
mematahkan kaki, menguliti tubuh dan janggut
korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata
mereka dan bahkan mengeluarkan bola matanya."
Informasi ini direkam dalam bentuk gambar dan
kesaksian tersumpah para korban yang selamat. Mereka
tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai
contoh: 'Di desa-desa antara Vlasenica dan Kladani
tentara Nazi menemukan anak-anak yang disalib oleh
Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan
anak-anak tersebut.'
Seorang pastor Katolik bernama Juric berkata, "Saat
ini bukan merupakan suatu dosa jika membunuh anak
berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata
menghalangi gerakan Ustachi." [Dari buku Teror Katolik
Saat Ini (Catholic Terror Today) oleh Avro Manhattan]
Kemudian pada tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik
Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk membantu Italia
di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini
menginvasi dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan
pemimpin "Negara Merdeka Kroasia".
Tanggal 18 Mei 1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch
beserta rekan-rekannya. Pada hari itu juga, pembunuhan
besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai
puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para
Oustachis juga memburu kaum minoritas Serbia. Andrija
Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan
besar-besaran tersebut.
14. 29 Agustus 1942. Kejahatan perang paling buruk,
mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota
badan intelejen Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica
tidak diragukan lagi merupakan salah satu kejahatan
yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah
mengenyam pendidikan di Fransiscan College di Siroki,
Brijeg, Herzegovina, adalah seorang mahasiswa fakultas
hukum, dan seorang anggota organisasi Katolik "The
Crusaders".
Pada 29 Agustus 1942 malam, di kamp konsentrasi
Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan. Taruhan
dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi
terhadap tahanan yang jumlahnya besar itu. Peter
Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan dengan pisau
jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai
pemenang dan diangkat sebagai raja pemotong leher
manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas satu dan
babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.
Kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ustachi jauh
melampaui penyiksaan fisik yang kejam. Korban-korban
mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh
adalah kebrutalan, yang tidak pernah terjadi
sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa saksi mata
sehubungan dengan kejadian berikut ini.
Di Nevesinje, Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia
yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak. Sang
ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya.
Selama tujuh hari mereka dibiarkan kelaparan dan
kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah daging
panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan
keempat anak tersebut. Karena sangat lapar, merekapun
memakan habis daging panggang tersebut. Setelah mereka
selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang
dimakan itu adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah
contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas kendali. Ini
adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa
disangkal lagi.
15. Tahun 1942. Seorang biarawan ordo Fransiskan,
Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah
komandan kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp
konsentrasi ini merupakan kamp yang unik karena jumlah
tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini
menampung 24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000
diantaranya dibunuh dengan darah dingin. Banyak
mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di
kamp konsentrasi di Jasenovac.
Di Dubrovinick, Dalmatia, para prajurit fasis banyak
yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan
dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata
manusia, yang lainnya untaian lidah orang-orang Serbia
Ortodoks yang dibunuh.
Pada tahun 1942 ini juga, Gereja Katolik akhirnya
memang kemudian terbukti terlibat kejahatan dalam
Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas
2300 warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung
dengan Yugoslavia.
Pembantaian yang terjadi pada tahun 1942 tersebut,
menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari peran
rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari
biara Petricevac saat itu diketahui memimpin
sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk
menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan
500 perempuan.
Total selama Perang Dunia II, Statistik menyebutkan
bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut Guinness Book of
Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan
kaki-tangan, 17 juta liter darah tertumpahkan, 12 juta
anak terlahir cacat, 13.000 sekolah dasar dan
menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains
telah musnah, serta 319 milyar peluru telah
ditembakkan.
Perang Dunia I dan II yang telah mengakibatkan puluhan
juta manusia matipun disebabkan oleh negara-negara
Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia,
Amerika, dan lain-lain. Episode horror berbagai
penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat manusia
yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat
mewarnai sepanjang perang berlangsung. Setelah
membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih
suka menuduh negara-negara Islam sebagai teroris.
Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang
mengakibatkan puluhan juta manusia mati seperti
mereka.
16. Pada 4 Mei 1978, tentara Afrika Selatan membunuh
lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di
Namibia. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Tentu mereka tidak dianggap teroris oleh orang-orang
Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah
pemeluk Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan
(LRA) juga sering melakukan aksi terorisme. Namun
karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama
Kristen, tentu hampir mustahil orang-orang Kristen
memberi label "teroris" kepada mereka.
Bandingkan dengan stigma teroris yang mereka berikan
kepada Amrozy atau Imam Samudera, walaupun jumlah
korban yang (mungkin) mereka bunuh pada bom Bali 2002
lalu HANYA 200 orang. Padahal kejahatan yang dilakukan
oleh Amrozy atau Imam Samudera itu LUAR BIASA KECILNYA
kalau mau dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan
ULTRA-BIADAB baik secara kualitas maupun kuantitas
yang dilakukan oleh Kristen.
17. Pada tahun 1980-an banyak terjadi pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir
John Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris,
menyimpulkan bahwa pihak keamanan Inggris terlibat
langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh
Katolik itu.
Dinas intelijen angkatan bersenjata Inggris dan polisi
Irlandia Utara, yang sebagian besar anggotanya
beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama
dengan organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya
dua aksi pembunuhan yang dilakukan UDA dihubungkan
langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia
Utara.
Sebenarnya isi laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini
hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama beredar,
bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak
selalu berperan netral sewaktu perang saudara di tahun
1980-an.
18. April-Mei 1994. Terjadi aksi pembantaian
besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu
terhadap Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi
tewas dibantai Hutu.
Rwanda adalah sebuah negara di Afrika yang berpenduduk
mayoritas 70% beragama Kristen, yang terdiri dari
pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua
adalah animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan
9% penganut. Berdasarkan etnis di Rwanda yang paling
dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku
Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.
Di Rwanda kurang lebih 800.000 (sumber lain
menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban
pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku
Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran
moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga
menjadi korban pembantaian tersebut.
Kilas balik peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden
Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari Tanzania
untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh
oleh kelompok ekstrim anggota partainya sendiri saat
mencoba mendarat di Kigali, ibukota Rwanda.
Kematian Habyarimana dijadikan alasan untuk
menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda dan
beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada
kelompok pembantai yang disebut interahamwe; yang
artinya 'mereka yang bertarung bersama', dan secara
terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian
itu.
Kelompok angkatan bersenjata Rwanda membantu aksi
interahamwe itu setiap kali para pembunuh itu
menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat
transportasi dan bahan bakar membuat pasukan maut itu
mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi yang cukup
terisolasi.
"Anda harus bekerja lebih keras, kuburannya belum
penuh," dorong sebuah suara di radio. Bulan April
1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai
terjadi di Rwanda, masyarakat biasa seakan tak bisa
lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian dunia tempat
kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik,
begitulah cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda
di musim semi tersebut, stasiun-stasiun radio terkenal
nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut
massa Hutu untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga
mereka.
Stasiun radio yang paling terkenal di antara semuanya
adalah RTLM (Radio Televison des Milles Collines),
Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal
karena para disc jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan
karena pencampuran musik Afrika yang menarik, program
beritanya, dan analisa politiknya.
Didirikan tahun 1993 dan dimiliki oleh anggota
keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana, stasiun
ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang
keunggulan kaum Hutu, namun kebanyakan masyarakat
non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini karena
musik yang mereka putarkan.
Dalam kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang
dipersiapkan untuk melakukan genosida. Ketika
pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah
diciptakan oleh para pemilik dan manager stasiun
tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar mengerikan
darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh
Rwanda. RTLM-lah yang memberikan sinyal untuk memulai
pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum Hutu yang
moderat.
Tanggal 7 dan 8 April RTLM menyiarkan: "Anda harus
membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa ..."
Tanggal 13 Mei: "Anda yang sedang mendengarkan kami,
bangkitlah agar kita dapat berjuang demi Rwanda kita
... Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki; Anda
yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang
memiliki tombak bertempurlah dengan tombak; Bawa
alat-alat tradisional Anda ... Kita semua harus
melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka,
membasmi mereka, buang mereka dari seluruh negara...
Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama sekali."
Dan pada tanggal 2 Juli: "Saya tidak tahu apakah Tuhan
akan membantu kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]...
namun kita harus bangkit untuk membasmi ras
orang-orang jahat ini... Mereka harus dibasmi karena
tidak ada cara lain."
Pesan tersebut berhasil. Bulan Juli 1994, ketika
kemenangan Tutsi yang dipimpin Front Patriotis Rwanda
(RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta
rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum
Hutu yang termasuk dalam partai-partai demokratis di
Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan
sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya
hampir 1 juta korban jiwa dari peristiwa tersebut
merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen
yang kesekian kalinya.
19. 28 April 2002. Penyerangan dan pembantaian di desa
Soya, Ambon. Pada tanggal tersebut dua tahun lalu,
terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di
Ambon. Dan yang menjadi korbannya adalah umat Kristen
semua, belasan yang tewas dan luka-luka, termasuk
seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai
dengan keji. Banyak rumah-rumah yang dibakar dan
gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.
Ketika itu dengan lantangnya dan serempak seluruh umat
Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah pelaku yang
berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedy
pembantaian terhadap umat Kristen di Desa Soya dan
ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang paling diexpose
oleh media-media atau situs corong Kristen terutama
yang gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di
situs Ambon Berdarah online, atau lebih tepatnya
"ON-LIE".
Walaupun tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua,
bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun kelompok
dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa
Soya yang jalannya sulit dan berliku-liku itu tanpa
diketahui oleh orang dalam desa tersebut? Ternyata
jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG
MELAKUKAN PEMBANTAIAN TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA
SENDIRI ITU!
Tujuan mereka TEGA melakukan pembantaian terhadap umat
dan gerejanya sendiri itu adalah supaya konflik di
Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus
berlangsung, syukur-syukur eskalasinya makin besar
sehingga dapat mengundang kekuatan PBB pimpinan Si
Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK
untuk masuk kesana.
Tujuan mereka sudah jelas, referendum bagi masyarakat
Maluku! Dan melihat perimbangan populasi penduduk di
Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang
Kristennya, karena umat Islamnya banyak yang sudah
mereka bantai dan para pendatang dari luar Maluku
seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain
sudah banyak pulang ke daerah asalnya akibat konflik
berdarah yang dilancarkan pasukan salibis ini, maka
mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam
referendum itu nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!
DITANGKAP, 13 TERSANGKA PELAKU KERUSUHAN AMBON
----------------------------------------------
JAKARTA (Media): Tiga belas tersangka pelaku peledakan
bom dan aksi penyerangan Desa Soya, Ambon, ditangkap
Kepolisian Daerah (Polda) Maluku.
Mereka kini berada di tahanan Mabes Polri. "Mabes
Polri telah menerima tujuh orang tersangka yang
diserahkan kemarin (Minggu, 20/10) dan enam orang
tersangka diserahkan hari ini (kemarin)," Ujar Kepala
Badan Hubungan Masyarakat (Kabahumas) Irjen Saleh Saaf
di Mabes Polri, kemarin.
Saleh menjelaskan ke-13 tersangka pelaku tersebut
ditangkap Polda Maluku sejak 12 Mei 2002 hingga 21
Oktober 2002. mereka antara lain Yunus Tanalepy,
Hengky Tatipikalawan, Morgan Manuhutu, Amstrong, Yunus
Luhulima, Semol Polhapessy, Boy Ltrt, Yani Rvl, Jemy
Rvl, Kony Sahertian, Lukas Tomasoa, Rait L, dan
Abraham.
Selain itu, empat tersangka lainnya, yang diduga
sebagai otak pelaku kerusuhan di Ambon selama ini
(Berty Loupatty, Hans Nanlohy, Martin Tomasowa, dan
Andrey Polhapessy), saat ini masih buron dan masuk
dalam daftar pencarian orang (DPO).
Teror
-----
Dalam pemeriksaan sementara yang dilakukan penyidik
dari Polda Maluku dan Mabes Polri, mereka mengaku
telah melakukan teror bom dan penyerangan di beberapa
tempat, antara lain di Desa Porto dan Desa Soya.
Selain itu, mereka juga melakukan teror bom, seperti
di Pasar Ikan, Merdeka, KM Kalifornia, Lapangan
Merdeka, Jalan Teluk Besi, dan pemicu konflik antara
Brimob dan Kopassus.
Penyerangan atas Desa Soya terjadi pada minggu subuh,
28 April 2002, merenggut 14 nyawa. Selain itu, 23
rumah, satu tempat ibadah dan balai pertemuan dibakar.
Sedangkan ledakan di Lapangan Merdeka terjadi pada 8
Juni 2002 mengakibatkan tiga remaja tewas dan delapan
lainnya luka-luka.
Saleh menambahkan, dengan tertangkapnya 13 orang itu,
akhirnya diketahui, merekalah yang menyerang Desa
Soya, menyerang desa yang dihuni orang-orang Kristen.
"Mereka adalah ORANG-ORANG DARI KELOMPOK MERAH dan
ORANG-ORANG KRISTEN SENDIRI. Jadi, saya simpulkan
bahwa di Ambon ada kelompok avonturir yang tidak
menginginkan Ambon aman dan damai," katanya.
Dengan tertangkapnya 13 tersangka ini, menurut Saleh,
terungkap bahwa kerusuhan yang terjadi di Ambon selama
ini bukan konflik antaretnis dan agama.
Saleh menjelaskan motivasi orang-orang tersebut adalah
untuk melakukan provokasi. Mereka menginginkan Ambon
tetap bergolak dan bisa dijadikan lahan bisnis
penjualan bahan peledak, bom, dan senjata api.
Menurut Saleh, tidak tertutup kemungkinan, mereka juga
berusaha memecah belah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan tujuan agar masyarakat di Maluku
tidak mempercayai pemerintah.
Ketika ditanya apakah kelompok ini berkaitan dengan
kelompok yang membuat kerusuhan di Poso dan Nanggroe
Aceh Darussalam, Saleh mengatakan, "Kita sedang
identifikasi dan dalami."
Tentang kemungkinan keterlibatan elite politik dan
orang Jakarta, Saleh mengatakan pihaknya sedang
mencoba menyelidiki hal itu. "Itulah sebabnya mengapa
mereka dibawa ke Jakarta." (Emh/J-3)
Media Indonesia NO. 8028, TAHUN XXXIII HALAMAN 28
SELASA, 22 OKTOBER 2002.
20. Tidak di Rwanda saja, bulan Agustus 2004 lalu juga
terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh
suku Hutu di Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah
pemeluk agama Kristen dan 32% animisme. Suku Hutu
merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan
85%, kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas
suku Twa (Pigmy) 1%.
Ratusan pengungsi Tutsi yang sedang tertidur lelap
DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di daerah
perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi
menuduh milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau
setidaknya memiliki hubungan dengan teroris-teroris
(Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku
Tutsi disana tahun 1994.
Namun yang pasti, didukung atau tidak, memiliki
hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang Kristen
dan mereka biadab.
sumber :dari milis tetangga eramuslim by Forza Islam 2004
dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka
untuk merebut Yerusalem. Tidak seperti di kota-kota
Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria
ini, sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin,
menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan
makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk.
Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam.
Walau pun sama-sama beragama Kristen, mereka tidak
senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah
pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan.
Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 orang
saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di
bawah pimpinan sang Rahib.
2. Pada 9 September 1096 di Nikaia, Xerigordon (dahulu
wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika
menaklukan Antiochia di tahun yang sama antara
10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh
oleh pasukan Salib Kristen.
3. Tahun 1205. Paus Innocent kedua yang lain
menyingkirkan King John of England karena menyerang
beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa
mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb:
"Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan
Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung
kami Paus Innocent, dan seluruh penerus katoliknya.
Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai
penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami telah
menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan
kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound
diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang
perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di
tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan
sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris."
Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel
Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman
123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode
ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran
ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka dihukum
gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang
mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun
1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup
1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur
dan 97.023 orang disiksa hingga mati.
Itulah Kristen: AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA
BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER NYOWO, AGAMA
IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan
lainnya yang seram-seram untuk menggambarkan
track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya
menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR
PEMBANTAIAN.
Bahkan agama kalian juga pantas diberi label sebagai
AGAMA KANIBAL karena pada 11 Desember 1098 di Marra
(Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang,
karena kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang
sudah membusuk dimakan oleh Pasukan Salib Kristen,
fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini
telah diakui sendiri oleh pasukan salib tersebut dalam
surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan
keji, ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan
memakan daging manusia. Benar-benar tak ada
tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen
itu.
Manusia biasa tentu tidak sanggup melakukan berbagai
macam kekejaman dan kebiadaban tak henti-henti dengan
berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang
sanggup.
4. Tahun 1209. Perang Salib Albigensia diumumkan oleh
Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di
Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi
pembantaian terhadap Kelompok Cathary oleh Paus
Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.
Sejak awal mula perkembangan Kristen, banyak sekali
aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus. Contohnya,
adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup
di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut
Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman
Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging
adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma
dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah
disalib dan dibangkitkan.
Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi
Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang
jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan
"sihirnya" dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan.
Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan
persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada
raja-raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata,
sehingga ribuan orang penganut aliran Cathary ini
dibantai.
5. 27 Mei 1234, Sekitar 5000 sampai 11.000 Petani
Steding (Jerman) Pria, Wanita dan anak-anak dibunuh
karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik
leher.
Jangan heran melihat betapa semangatnya orang-orang
Kristen untuk menghabisi nyawa orang lain tak
henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk
melakukan hal itu memang ada dalam Alkitab mereka,
kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik yang bapak
maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban
dan kebrutalan mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang
ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing dalam
setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan
dan segala kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh
orang Kristen.
TUHAN BABE, PEMEGANG REKOR PEMBANTAIAN UMAT MANUSIA
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/39841
20 DOSA YESUS KRISTUS
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/32798
6. Tahun 1524-1526. Kekejaman Gereja di Jerman.
Kala itu gereja di Jerman begitu manunggal dengan
negara dan sekelompok petani yang telah lama merasa
tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas
Munzer, seorang pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa
para petani dan buruh tambang lebih bisa memahami
Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat
dada para petani gemeretak dan mereka menjadi semakin
bulat menantang.
Tapi sementara pasukan petani hanya mengandalkan
artileri bikinan sendiri ditambah doa dan pidato,
pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen
dengan kanon. Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan
dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman mati. Ketika
istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu
disetujui dengan syarat. Wanita-wanita itu harus
menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan
pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju.
Akhirnya pemberontakan pun padam, setelah 130.000
petani tewas. (Goenawan Muhamad, 1991:164,165,
170-171, 210-211).
7. Tahun 1572. Pembantaian pada hari St.Bartolomeus,
orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh
Catherina de Medici.
Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang
secara fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di
Prancis. Raja Prancis dengan cerdik mengatur
pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana
Coligny, seorang pemimpin kaum Protestan. Pesta
pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.
Setelah empat hari berpesta, para serdadu diberi
tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum Protestan di
seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny
dibunuh, tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela,
kemudian kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada
Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya
dan menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga
hari dan akhirnya tubuhnya digantung di dekat bukit
yang terletak di luar kota tersebut.
Mereka juga membantai semua orang yang diketahui
beragama Protestan. Selama tiga hari pertama, lebih
dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang
sudah mati itu dibuang ke sungai dan darah mengalir di
seluruh jalan-jalan di kota menuju ke sungai sehingga
seperti membentuk aliran sungai darah. Karena
kemarahan yang meluap-luap, mereka juga membunuh
pengikut mereka sendiri kalau mereka dicurigai tidak
mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus.
Dari Paris, pembunuhan menyebar ke seluruh bagian
Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh. Hanya
sedikit orang Protestan yang selamat dari kemarahan
para penganiaya itu.
8. Tanggal 5 April 1585 sebuah tragedi pembunuhan
massal terjadi di Harlem, Belanda. Tragedi yang juga
dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat
Raja Spanyol Philip II menginstruksikan represi secara
meluas atas rakyat Belanda yang kemudian berpuncak
dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut,
sekitar 6.000 aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh
oleh tentara Spanyol. Perjuangan rakyat Belanda untuk
meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil pada
tahun 1609.
9. Tahun 1618-1648. Perang 30 tahun antara Katolik
lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.
Ada banyak wilayah, dinasti, dan isu agama yang
melatarbelakangi perang ini, namun secara keseluruhan
"Perang 30 Tahun" ini adalah perang antara
pangeran-pangeran Jerman Protestan yang beraliansi
dengan kekuatan-kekuatan asing, yaitu Perancis,
Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan
Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang
Kristen memang biadab dan haus darah.
10. 23 Oktober 1641. Pembantaian Katolik terhadap
Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih
tanggal 23 Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola,
pendiri ordo Jesuit.
Mereka merencanakan pemberontakan besar di seluruh
negeri. Semua orang Kristen (Protestan) akan dibunuh
semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka,
keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum
Protestan. Pagi harinya, para konspirator
dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka
temui langsung dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak
diberi ampun.
Kaum Protestan Irlandia terkejut. Selama ini mereka
hidup damai dan aman selama bertahun-tahun tetapi
sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri.
Mereka dibunuh oleh tetangga sendiri, teman dan bahkan
oleh saudaranya sendiri.
Tetapi kematian bukanlah hal yang mereka takuti. Para
wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi sampai
pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan
mati kehabisan darah. Wanita yang sedang hamil diikat
pada cabang pohon, bayi mereka yang belum lahir
dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para
suaminya dipaksa menyaksikan kekejaman itu. Pada
pembantaian massal di hari perayaan St.Bartholomeus
ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh
orang-orang Katolik.
11. Sekitar tahun 1890 sampai 1901 kira-kira 1300
orang kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku
Klux Klan di Amerika. Hasil daripada pelaksanaan ini
orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di
beberapa negeri di Amerika.
Berkaitan dengan budak, silahkan baca sekelumit
artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik konsep
rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja
Gospel itu berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang Kristen kulit putih terhadap
budak-budaknya!.
Konsep rasialisme yang ada sekarang, mulai muncul pada
abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai berkembang.
Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau
Amerika. Para pedagang budak yang hampir semuanya
Kristen itu menyebarkan paham bahwa masyarakat kulit
hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun
inferior, sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan
kasar dan harus tunduk pada perintah. Pandangan
inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa
Romawi dan Yunani.
Diperkirakan 11,8 juta rakyat Afrika diperdagangkan
selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di mana
sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan
menyeberangi samudera Atlantik. Pada abad 19, tercatat
bahwa 90% budak belian adalah anak-anak. Beberapa
negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena
perdagangan budak ini. Perbudakan Afrika adalah
saudara kembar kolonialisme di benua itu.
Bahkan ada satu fakta menarik, bahwa musik Rap yang
kita kenal sekarang ini adalah berasal dari
budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh
orang-orang Kristen kulit putih.
Kebanyakan buku, Acara Tv dan sejarawan mengatakan
bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx, tapi ini
tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau
sekarang dimulai sekitar 1970 di Boogie Down Bronx.
Untuk mengerti secara keseluruhan, kita harus kembali
ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk
lebih spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah
mereka dalam bait-bait ritmik dan nyanyian.
Karena ada banyak suku-suku, banyak terdapat bahasa
daerah dan suku-suku yang bahasa mereka seringnya
tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah
dan legenda mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk
menceritakannya. Karena pedagang budak kulit putih
datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku
mereka.
Orang Afrika asli membawa cerita dan rima mereka
bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang
budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan
"Bahasa Ibu" (bahasa afrika asli). Para pedagang budak
itu berpikir bahwa mereka berencana untuk membuat
rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka di
perbolehkan untuk menyanyi. Ini membuat para budak
bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para budak
wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew
(para pembantu pedagang budak). Budak wanita dijadikan
bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini bisa
memakan waktu hingga sebulan.
Dan bila dari sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak
yang selamat, itu adalah perjalanan yang bagus. Dan
bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan
harga yang lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam
kandungan budak wanita). Lalu orang-orang Kristen/para
majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk
mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak
wanita hingga hamil dan anak hasil perbuatan itu di
jadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan
memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk
teman tidur...
Ketika mereka menyanyi mereka bekerja lebih giat
karena isi nyanyiannya adalah tentang dari mana mereka
berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu
selanjutnya, karena majikan bersifat lebih lunak, para
budak diperbolehkan libur setiap hari minggu. Pada
hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan
menyanyikan lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah
menjadi paduan suara Gospel.
Jadi musik Gospel Gereja berasal dari pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen
terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti
tersenyum bangga melihat buah hasil akibat pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!
(^_^)
12. Perang Dunia I (1914-1919). Jutaan orang terbunuh
akibat keganasan orang-orang Kristen.
Perang dunia pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9
juta manusia tewas. Tepatnya dalam buku Guinness Book
of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan
korban 9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat
bekerja seumur hidup. Demikianlah statistik kerusakan
dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang
terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat
sampingan perang tidak dapat dihitung. Angka biaya
perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta
perang sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk
mayoritas beragama Kristen.
13. Tahun 1940. Orang-orang Kristen non Katolik di
Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama
Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi
penganut agama Katolik atau mati. Gedung-gedung gereja
mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan,
gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan
gereja dibakar habis.
Sering kali para umat Ortodoks ditangkap sewaktu
mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya atau
dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka
ditentukan: dipaksa pindah agama, dikirim ke kamp
konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang selamat,
biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya
kepada para Komandan Ustachi dan para padri Katolik
yang bersama mereka."
"Pembunuhan massal dilakukan dengan membunuh secara
orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah
pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan
senjata-senjata primitif, seperti garpu, sekop, palu
dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka
tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka
mematahkan kaki, menguliti tubuh dan janggut
korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata
mereka dan bahkan mengeluarkan bola matanya."
Informasi ini direkam dalam bentuk gambar dan
kesaksian tersumpah para korban yang selamat. Mereka
tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai
contoh: 'Di desa-desa antara Vlasenica dan Kladani
tentara Nazi menemukan anak-anak yang disalib oleh
Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan
anak-anak tersebut.'
Seorang pastor Katolik bernama Juric berkata, "Saat
ini bukan merupakan suatu dosa jika membunuh anak
berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata
menghalangi gerakan Ustachi." [Dari buku Teror Katolik
Saat Ini (Catholic Terror Today) oleh Avro Manhattan]
Kemudian pada tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik
Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk membantu Italia
di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini
menginvasi dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan
pemimpin "Negara Merdeka Kroasia".
Tanggal 18 Mei 1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch
beserta rekan-rekannya. Pada hari itu juga, pembunuhan
besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai
puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para
Oustachis juga memburu kaum minoritas Serbia. Andrija
Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan
besar-besaran tersebut.
14. 29 Agustus 1942. Kejahatan perang paling buruk,
mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota
badan intelejen Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica
tidak diragukan lagi merupakan salah satu kejahatan
yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah
mengenyam pendidikan di Fransiscan College di Siroki,
Brijeg, Herzegovina, adalah seorang mahasiswa fakultas
hukum, dan seorang anggota organisasi Katolik "The
Crusaders".
Pada 29 Agustus 1942 malam, di kamp konsentrasi
Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan. Taruhan
dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi
terhadap tahanan yang jumlahnya besar itu. Peter
Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan dengan pisau
jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai
pemenang dan diangkat sebagai raja pemotong leher
manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas satu dan
babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.
Kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ustachi jauh
melampaui penyiksaan fisik yang kejam. Korban-korban
mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh
adalah kebrutalan, yang tidak pernah terjadi
sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa saksi mata
sehubungan dengan kejadian berikut ini.
Di Nevesinje, Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia
yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak. Sang
ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya.
Selama tujuh hari mereka dibiarkan kelaparan dan
kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah daging
panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan
keempat anak tersebut. Karena sangat lapar, merekapun
memakan habis daging panggang tersebut. Setelah mereka
selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang
dimakan itu adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah
contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas kendali. Ini
adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa
disangkal lagi.
15. Tahun 1942. Seorang biarawan ordo Fransiskan,
Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah
komandan kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp
konsentrasi ini merupakan kamp yang unik karena jumlah
tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini
menampung 24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000
diantaranya dibunuh dengan darah dingin. Banyak
mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di
kamp konsentrasi di Jasenovac.
Di Dubrovinick, Dalmatia, para prajurit fasis banyak
yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan
dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata
manusia, yang lainnya untaian lidah orang-orang Serbia
Ortodoks yang dibunuh.
Pada tahun 1942 ini juga, Gereja Katolik akhirnya
memang kemudian terbukti terlibat kejahatan dalam
Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas
2300 warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung
dengan Yugoslavia.
Pembantaian yang terjadi pada tahun 1942 tersebut,
menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari peran
rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari
biara Petricevac saat itu diketahui memimpin
sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk
menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan
500 perempuan.
Total selama Perang Dunia II, Statistik menyebutkan
bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut Guinness Book of
Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan
kaki-tangan, 17 juta liter darah tertumpahkan, 12 juta
anak terlahir cacat, 13.000 sekolah dasar dan
menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains
telah musnah, serta 319 milyar peluru telah
ditembakkan.
Perang Dunia I dan II yang telah mengakibatkan puluhan
juta manusia matipun disebabkan oleh negara-negara
Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia,
Amerika, dan lain-lain. Episode horror berbagai
penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat manusia
yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat
mewarnai sepanjang perang berlangsung. Setelah
membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih
suka menuduh negara-negara Islam sebagai teroris.
Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang
mengakibatkan puluhan juta manusia mati seperti
mereka.
16. Pada 4 Mei 1978, tentara Afrika Selatan membunuh
lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di
Namibia. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Tentu mereka tidak dianggap teroris oleh orang-orang
Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah
pemeluk Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan
(LRA) juga sering melakukan aksi terorisme. Namun
karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama
Kristen, tentu hampir mustahil orang-orang Kristen
memberi label "teroris" kepada mereka.
Bandingkan dengan stigma teroris yang mereka berikan
kepada Amrozy atau Imam Samudera, walaupun jumlah
korban yang (mungkin) mereka bunuh pada bom Bali 2002
lalu HANYA 200 orang. Padahal kejahatan yang dilakukan
oleh Amrozy atau Imam Samudera itu LUAR BIASA KECILNYA
kalau mau dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan
ULTRA-BIADAB baik secara kualitas maupun kuantitas
yang dilakukan oleh Kristen.
17. Pada tahun 1980-an banyak terjadi pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir
John Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris,
menyimpulkan bahwa pihak keamanan Inggris terlibat
langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh
Katolik itu.
Dinas intelijen angkatan bersenjata Inggris dan polisi
Irlandia Utara, yang sebagian besar anggotanya
beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama
dengan organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya
dua aksi pembunuhan yang dilakukan UDA dihubungkan
langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia
Utara.
Sebenarnya isi laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini
hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama beredar,
bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak
selalu berperan netral sewaktu perang saudara di tahun
1980-an.
18. April-Mei 1994. Terjadi aksi pembantaian
besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu
terhadap Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi
tewas dibantai Hutu.
Rwanda adalah sebuah negara di Afrika yang berpenduduk
mayoritas 70% beragama Kristen, yang terdiri dari
pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua
adalah animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan
9% penganut. Berdasarkan etnis di Rwanda yang paling
dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku
Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.
Di Rwanda kurang lebih 800.000 (sumber lain
menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban
pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku
Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran
moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga
menjadi korban pembantaian tersebut.
Kilas balik peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden
Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari Tanzania
untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh
oleh kelompok ekstrim anggota partainya sendiri saat
mencoba mendarat di Kigali, ibukota Rwanda.
Kematian Habyarimana dijadikan alasan untuk
menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda dan
beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada
kelompok pembantai yang disebut interahamwe; yang
artinya 'mereka yang bertarung bersama', dan secara
terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian
itu.
Kelompok angkatan bersenjata Rwanda membantu aksi
interahamwe itu setiap kali para pembunuh itu
menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat
transportasi dan bahan bakar membuat pasukan maut itu
mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi yang cukup
terisolasi.
"Anda harus bekerja lebih keras, kuburannya belum
penuh," dorong sebuah suara di radio. Bulan April
1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai
terjadi di Rwanda, masyarakat biasa seakan tak bisa
lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian dunia tempat
kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik,
begitulah cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda
di musim semi tersebut, stasiun-stasiun radio terkenal
nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut
massa Hutu untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga
mereka.
Stasiun radio yang paling terkenal di antara semuanya
adalah RTLM (Radio Televison des Milles Collines),
Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal
karena para disc jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan
karena pencampuran musik Afrika yang menarik, program
beritanya, dan analisa politiknya.
Didirikan tahun 1993 dan dimiliki oleh anggota
keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana, stasiun
ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang
keunggulan kaum Hutu, namun kebanyakan masyarakat
non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini karena
musik yang mereka putarkan.
Dalam kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang
dipersiapkan untuk melakukan genosida. Ketika
pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah
diciptakan oleh para pemilik dan manager stasiun
tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar mengerikan
darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh
Rwanda. RTLM-lah yang memberikan sinyal untuk memulai
pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum Hutu yang
moderat.
Tanggal 7 dan 8 April RTLM menyiarkan: "Anda harus
membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa ..."
Tanggal 13 Mei: "Anda yang sedang mendengarkan kami,
bangkitlah agar kita dapat berjuang demi Rwanda kita
... Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki; Anda
yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang
memiliki tombak bertempurlah dengan tombak; Bawa
alat-alat tradisional Anda ... Kita semua harus
melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka,
membasmi mereka, buang mereka dari seluruh negara...
Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama sekali."
Dan pada tanggal 2 Juli: "Saya tidak tahu apakah Tuhan
akan membantu kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]...
namun kita harus bangkit untuk membasmi ras
orang-orang jahat ini... Mereka harus dibasmi karena
tidak ada cara lain."
Pesan tersebut berhasil. Bulan Juli 1994, ketika
kemenangan Tutsi yang dipimpin Front Patriotis Rwanda
(RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta
rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum
Hutu yang termasuk dalam partai-partai demokratis di
Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan
sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya
hampir 1 juta korban jiwa dari peristiwa tersebut
merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen
yang kesekian kalinya.
19. 28 April 2002. Penyerangan dan pembantaian di desa
Soya, Ambon. Pada tanggal tersebut dua tahun lalu,
terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di
Ambon. Dan yang menjadi korbannya adalah umat Kristen
semua, belasan yang tewas dan luka-luka, termasuk
seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai
dengan keji. Banyak rumah-rumah yang dibakar dan
gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.
Ketika itu dengan lantangnya dan serempak seluruh umat
Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah pelaku yang
berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedy
pembantaian terhadap umat Kristen di Desa Soya dan
ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang paling diexpose
oleh media-media atau situs corong Kristen terutama
yang gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di
situs Ambon Berdarah online, atau lebih tepatnya
"ON-LIE".
Walaupun tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua,
bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun kelompok
dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa
Soya yang jalannya sulit dan berliku-liku itu tanpa
diketahui oleh orang dalam desa tersebut? Ternyata
jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG
MELAKUKAN PEMBANTAIAN TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA
SENDIRI ITU!
Tujuan mereka TEGA melakukan pembantaian terhadap umat
dan gerejanya sendiri itu adalah supaya konflik di
Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus
berlangsung, syukur-syukur eskalasinya makin besar
sehingga dapat mengundang kekuatan PBB pimpinan Si
Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK
untuk masuk kesana.
Tujuan mereka sudah jelas, referendum bagi masyarakat
Maluku! Dan melihat perimbangan populasi penduduk di
Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang
Kristennya, karena umat Islamnya banyak yang sudah
mereka bantai dan para pendatang dari luar Maluku
seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain
sudah banyak pulang ke daerah asalnya akibat konflik
berdarah yang dilancarkan pasukan salibis ini, maka
mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam
referendum itu nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!
DITANGKAP, 13 TERSANGKA PELAKU KERUSUHAN AMBON
----------------------------------------------
JAKARTA (Media): Tiga belas tersangka pelaku peledakan
bom dan aksi penyerangan Desa Soya, Ambon, ditangkap
Kepolisian Daerah (Polda) Maluku.
Mereka kini berada di tahanan Mabes Polri. "Mabes
Polri telah menerima tujuh orang tersangka yang
diserahkan kemarin (Minggu, 20/10) dan enam orang
tersangka diserahkan hari ini (kemarin)," Ujar Kepala
Badan Hubungan Masyarakat (Kabahumas) Irjen Saleh Saaf
di Mabes Polri, kemarin.
Saleh menjelaskan ke-13 tersangka pelaku tersebut
ditangkap Polda Maluku sejak 12 Mei 2002 hingga 21
Oktober 2002. mereka antara lain Yunus Tanalepy,
Hengky Tatipikalawan, Morgan Manuhutu, Amstrong, Yunus
Luhulima, Semol Polhapessy, Boy Ltrt, Yani Rvl, Jemy
Rvl, Kony Sahertian, Lukas Tomasoa, Rait L, dan
Abraham.
Selain itu, empat tersangka lainnya, yang diduga
sebagai otak pelaku kerusuhan di Ambon selama ini
(Berty Loupatty, Hans Nanlohy, Martin Tomasowa, dan
Andrey Polhapessy), saat ini masih buron dan masuk
dalam daftar pencarian orang (DPO).
Teror
-----
Dalam pemeriksaan sementara yang dilakukan penyidik
dari Polda Maluku dan Mabes Polri, mereka mengaku
telah melakukan teror bom dan penyerangan di beberapa
tempat, antara lain di Desa Porto dan Desa Soya.
Selain itu, mereka juga melakukan teror bom, seperti
di Pasar Ikan, Merdeka, KM Kalifornia, Lapangan
Merdeka, Jalan Teluk Besi, dan pemicu konflik antara
Brimob dan Kopassus.
Penyerangan atas Desa Soya terjadi pada minggu subuh,
28 April 2002, merenggut 14 nyawa. Selain itu, 23
rumah, satu tempat ibadah dan balai pertemuan dibakar.
Sedangkan ledakan di Lapangan Merdeka terjadi pada 8
Juni 2002 mengakibatkan tiga remaja tewas dan delapan
lainnya luka-luka.
Saleh menambahkan, dengan tertangkapnya 13 orang itu,
akhirnya diketahui, merekalah yang menyerang Desa
Soya, menyerang desa yang dihuni orang-orang Kristen.
"Mereka adalah ORANG-ORANG DARI KELOMPOK MERAH dan
ORANG-ORANG KRISTEN SENDIRI. Jadi, saya simpulkan
bahwa di Ambon ada kelompok avonturir yang tidak
menginginkan Ambon aman dan damai," katanya.
Dengan tertangkapnya 13 tersangka ini, menurut Saleh,
terungkap bahwa kerusuhan yang terjadi di Ambon selama
ini bukan konflik antaretnis dan agama.
Saleh menjelaskan motivasi orang-orang tersebut adalah
untuk melakukan provokasi. Mereka menginginkan Ambon
tetap bergolak dan bisa dijadikan lahan bisnis
penjualan bahan peledak, bom, dan senjata api.
Menurut Saleh, tidak tertutup kemungkinan, mereka juga
berusaha memecah belah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan tujuan agar masyarakat di Maluku
tidak mempercayai pemerintah.
Ketika ditanya apakah kelompok ini berkaitan dengan
kelompok yang membuat kerusuhan di Poso dan Nanggroe
Aceh Darussalam, Saleh mengatakan, "Kita sedang
identifikasi dan dalami."
Tentang kemungkinan keterlibatan elite politik dan
orang Jakarta, Saleh mengatakan pihaknya sedang
mencoba menyelidiki hal itu. "Itulah sebabnya mengapa
mereka dibawa ke Jakarta." (Emh/J-3)
Media Indonesia NO. 8028, TAHUN XXXIII HALAMAN 28
SELASA, 22 OKTOBER 2002.
20. Tidak di Rwanda saja, bulan Agustus 2004 lalu juga
terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh
suku Hutu di Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah
pemeluk agama Kristen dan 32% animisme. Suku Hutu
merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan
85%, kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas
suku Twa (Pigmy) 1%.
Ratusan pengungsi Tutsi yang sedang tertidur lelap
DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di daerah
perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi
menuduh milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau
setidaknya memiliki hubungan dengan teroris-teroris
(Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku
Tutsi disana tahun 1994.
Namun yang pasti, didukung atau tidak, memiliki
hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang Kristen
dan mereka biadab.
sumber :dari milis tetangga eramuslim by Forza Islam 2004
KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP KRISTEN SENDIRI
1 24 Juni 1096 di Semlin, Hongaria. Ribuan orang
dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka
untuk merebut Yerusalem. Tidak seperti di kota-kota
Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria
ini, sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin,
menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan
makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk.
Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam.
Walau pun sama-sama beragama Kristen, mereka tidak
senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah
pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan.
Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 orang
saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di
bawah pimpinan sang Rahib.
2. Pada 9 September 1096 di Nikaia, Xerigordon (dahulu
wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika
menaklukan Antiochia di tahun yang sama antara
10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh
oleh pasukan Salib Kristen.
3. Tahun 1205. Paus Innocent kedua yang lain
menyingkirkan King John of England karena menyerang
beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa
mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb:
"Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan
Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung
kami Paus Innocent, dan seluruh penerus katoliknya.
Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai
penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami telah
menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan
kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound
diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang
perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di
tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan
sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris."
Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel
Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman
123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode
ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran
ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka dihukum
gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang
mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun
1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup
1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur
dan 97.023 orang disiksa hingga mati.
Itulah Kristen: AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA
BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER NYOWO, AGAMA
IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan
lainnya yang seram-seram untuk menggambarkan
track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya
menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR
PEMBANTAIAN.
Bahkan agama kalian juga pantas diberi label sebagai
AGAMA KANIBAL karena pada 11 Desember 1098 di Marra
(Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang,
karena kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang
sudah membusuk dimakan oleh Pasukan Salib Kristen,
fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini
telah diakui sendiri oleh pasukan salib tersebut dalam
surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan
keji, ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan
memakan daging manusia. Benar-benar tak ada
tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen
itu.
Manusia biasa tentu tidak sanggup melakukan berbagai
macam kekejaman dan kebiadaban tak henti-henti dengan
berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang
sanggup.
4. Tahun 1209. Perang Salib Albigensia diumumkan oleh
Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di
Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi
pembantaian terhadap Kelompok Cathary oleh Paus
Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.
Sejak awal mula perkembangan Kristen, banyak sekali
aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus. Contohnya,
adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup
di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut
Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman
Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging
adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma
dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah
disalib dan dibangkitkan.
Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi
Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang
jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan
"sihirnya" dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan.
Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan
persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada
raja-raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata,
sehingga ribuan orang penganut aliran Cathary ini
dibantai.
5. 27 Mei 1234, Sekitar 5000 sampai 11.000 Petani
Steding (Jerman) Pria, Wanita dan anak-anak dibunuh
karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik
leher.
Jangan heran melihat betapa semangatnya orang-orang
Kristen untuk menghabisi nyawa orang lain tak
henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk
melakukan hal itu memang ada dalam Alkitab mereka,
kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik yang bapak
maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban
dan kebrutalan mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang
ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing dalam
setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan
dan segala kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh
orang Kristen.
TUHAN BABE, PEMEGANG REKOR PEMBANTAIAN UMAT MANUSIA
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/39841
20 DOSA YESUS KRISTUS
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/32798
6. Tahun 1524-1526. Kekejaman Gereja di Jerman.
Kala itu gereja di Jerman begitu manunggal dengan
negara dan sekelompok petani yang telah lama merasa
tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas
Munzer, seorang pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa
para petani dan buruh tambang lebih bisa memahami
Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat
dada para petani gemeretak dan mereka menjadi semakin
bulat menantang.
Tapi sementara pasukan petani hanya mengandalkan
artileri bikinan sendiri ditambah doa dan pidato,
pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen
dengan kanon. Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan
dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman mati. Ketika
istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu
disetujui dengan syarat. Wanita-wanita itu harus
menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan
pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju.
Akhirnya pemberontakan pun padam, setelah 130.000
petani tewas. (Goenawan Muhamad, 1991:164,165,
170-171, 210-211).
7. Tahun 1572. Pembantaian pada hari St.Bartolomeus,
orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh
Catherina de Medici.
Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang
secara fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di
Prancis. Raja Prancis dengan cerdik mengatur
pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana
Coligny, seorang pemimpin kaum Protestan. Pesta
pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.
Setelah empat hari berpesta, para serdadu diberi
tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum Protestan di
seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny
dibunuh, tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela,
kemudian kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada
Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya
dan menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga
hari dan akhirnya tubuhnya digantung di dekat bukit
yang terletak di luar kota tersebut.
Mereka juga membantai semua orang yang diketahui
beragama Protestan. Selama tiga hari pertama, lebih
dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang
sudah mati itu dibuang ke sungai dan darah mengalir di
seluruh jalan-jalan di kota menuju ke sungai sehingga
seperti membentuk aliran sungai darah. Karena
kemarahan yang meluap-luap, mereka juga membunuh
pengikut mereka sendiri kalau mereka dicurigai tidak
mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus.
Dari Paris, pembunuhan menyebar ke seluruh bagian
Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh. Hanya
sedikit orang Protestan yang selamat dari kemarahan
para penganiaya itu.
8. Tanggal 5 April 1585 sebuah tragedi pembunuhan
massal terjadi di Harlem, Belanda. Tragedi yang juga
dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat
Raja Spanyol Philip II menginstruksikan represi secara
meluas atas rakyat Belanda yang kemudian berpuncak
dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut,
sekitar 6.000 aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh
oleh tentara Spanyol. Perjuangan rakyat Belanda untuk
meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil pada
tahun 1609.
9. Tahun 1618-1648. Perang 30 tahun antara Katolik
lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.
Ada banyak wilayah, dinasti, dan isu agama yang
melatarbelakangi perang ini, namun secara keseluruhan
"Perang 30 Tahun" ini adalah perang antara
pangeran-pangeran Jerman Protestan yang beraliansi
dengan kekuatan-kekuatan asing, yaitu Perancis,
Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan
Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang
Kristen memang biadab dan haus darah.
10. 23 Oktober 1641. Pembantaian Katolik terhadap
Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih
tanggal 23 Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola,
pendiri ordo Jesuit.
Mereka merencanakan pemberontakan besar di seluruh
negeri. Semua orang Kristen (Protestan) akan dibunuh
semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka,
keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum
Protestan. Pagi harinya, para konspirator
dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka
temui langsung dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak
diberi ampun.
Kaum Protestan Irlandia terkejut. Selama ini mereka
hidup damai dan aman selama bertahun-tahun tetapi
sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri.
Mereka dibunuh oleh tetangga sendiri, teman dan bahkan
oleh saudaranya sendiri.
Tetapi kematian bukanlah hal yang mereka takuti. Para
wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi sampai
pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan
mati kehabisan darah. Wanita yang sedang hamil diikat
pada cabang pohon, bayi mereka yang belum lahir
dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para
suaminya dipaksa menyaksikan kekejaman itu. Pada
pembantaian massal di hari perayaan St.Bartholomeus
ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh
orang-orang Katolik.
11. Sekitar tahun 1890 sampai 1901 kira-kira 1300
orang kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku
Klux Klan di Amerika. Hasil daripada pelaksanaan ini
orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di
beberapa negeri di Amerika.
Berkaitan dengan budak, silahkan baca sekelumit
artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik konsep
rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja
Gospel itu berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang Kristen kulit putih terhadap
budak-budaknya!.
Konsep rasialisme yang ada sekarang, mulai muncul pada
abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai berkembang.
Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau
Amerika. Para pedagang budak yang hampir semuanya
Kristen itu menyebarkan paham bahwa masyarakat kulit
hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun
inferior, sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan
kasar dan harus tunduk pada perintah. Pandangan
inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa
Romawi dan Yunani.
Diperkirakan 11,8 juta rakyat Afrika diperdagangkan
selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di mana
sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan
menyeberangi samudera Atlantik. Pada abad 19, tercatat
bahwa 90% budak belian adalah anak-anak. Beberapa
negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena
perdagangan budak ini. Perbudakan Afrika adalah
saudara kembar kolonialisme di benua itu.
Bahkan ada satu fakta menarik, bahwa musik Rap yang
kita kenal sekarang ini adalah berasal dari
budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh
orang-orang Kristen kulit putih.
Kebanyakan buku, Acara Tv dan sejarawan mengatakan
bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx, tapi ini
tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau
sekarang dimulai sekitar 1970 di Boogie Down Bronx.
Untuk mengerti secara keseluruhan, kita harus kembali
ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk
lebih spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah
mereka dalam bait-bait ritmik dan nyanyian.
Karena ada banyak suku-suku, banyak terdapat bahasa
daerah dan suku-suku yang bahasa mereka seringnya
tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah
dan legenda mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk
menceritakannya. Karena pedagang budak kulit putih
datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku
mereka.
Orang Afrika asli membawa cerita dan rima mereka
bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang
budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan
"Bahasa Ibu" (bahasa afrika asli). Para pedagang budak
itu berpikir bahwa mereka berencana untuk membuat
rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka di
perbolehkan untuk menyanyi. Ini membuat para budak
bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para budak
wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew
(para pembantu pedagang budak). Budak wanita dijadikan
bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini bisa
memakan waktu hingga sebulan.
Dan bila dari sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak
yang selamat, itu adalah perjalanan yang bagus. Dan
bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan
harga yang lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam
kandungan budak wanita). Lalu orang-orang Kristen/para
majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk
mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak
wanita hingga hamil dan anak hasil perbuatan itu di
jadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan
memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk
teman tidur...
Ketika mereka menyanyi mereka bekerja lebih giat
karena isi nyanyiannya adalah tentang dari mana mereka
berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu
selanjutnya, karena majikan bersifat lebih lunak, para
budak diperbolehkan libur setiap hari minggu. Pada
hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan
menyanyikan lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah
menjadi paduan suara Gospel.
Jadi musik Gospel Gereja berasal dari pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen
terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti
tersenyum bangga melihat buah hasil akibat pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!
(^_^)
12. Perang Dunia I (1914-1919). Jutaan orang terbunuh
akibat keganasan orang-orang Kristen.
Perang dunia pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9
juta manusia tewas. Tepatnya dalam buku Guinness Book
of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan
korban 9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat
bekerja seumur hidup. Demikianlah statistik kerusakan
dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang
terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat
sampingan perang tidak dapat dihitung. Angka biaya
perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta
perang sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk
mayoritas beragama Kristen.
13. Tahun 1940. Orang-orang Kristen non Katolik di
Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama
Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi
penganut agama Katolik atau mati. Gedung-gedung gereja
mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan,
gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan
gereja dibakar habis.
Sering kali para umat Ortodoks ditangkap sewaktu
mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya atau
dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka
ditentukan: dipaksa pindah agama, dikirim ke kamp
konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang selamat,
biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya
kepada para Komandan Ustachi dan para padri Katolik
yang bersama mereka."
"Pembunuhan massal dilakukan dengan membunuh secara
orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah
pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan
senjata-senjata primitif, seperti garpu, sekop, palu
dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka
tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka
mematahkan kaki, menguliti tubuh dan janggut
korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata
mereka dan bahkan mengeluarkan bola matanya."
Informasi ini direkam dalam bentuk gambar dan
kesaksian tersumpah para korban yang selamat. Mereka
tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai
contoh: 'Di desa-desa antara Vlasenica dan Kladani
tentara Nazi menemukan anak-anak yang disalib oleh
Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan
anak-anak tersebut.'
Seorang pastor Katolik bernama Juric berkata, "Saat
ini bukan merupakan suatu dosa jika membunuh anak
berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata
menghalangi gerakan Ustachi." [Dari buku Teror Katolik
Saat Ini (Catholic Terror Today) oleh Avro Manhattan]
Kemudian pada tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik
Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk membantu Italia
di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini
menginvasi dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan
pemimpin "Negara Merdeka Kroasia".
Tanggal 18 Mei 1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch
beserta rekan-rekannya. Pada hari itu juga, pembunuhan
besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai
puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para
Oustachis juga memburu kaum minoritas Serbia. Andrija
Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan
besar-besaran tersebut.
14. 29 Agustus 1942. Kejahatan perang paling buruk,
mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota
badan intelejen Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica
tidak diragukan lagi merupakan salah satu kejahatan
yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah
mengenyam pendidikan di Fransiscan College di Siroki,
Brijeg, Herzegovina, adalah seorang mahasiswa fakultas
hukum, dan seorang anggota organisasi Katolik "The
Crusaders".
Pada 29 Agustus 1942 malam, di kamp konsentrasi
Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan. Taruhan
dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi
terhadap tahanan yang jumlahnya besar itu. Peter
Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan dengan pisau
jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai
pemenang dan diangkat sebagai raja pemotong leher
manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas satu dan
babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.
Kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ustachi jauh
melampaui penyiksaan fisik yang kejam. Korban-korban
mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh
adalah kebrutalan, yang tidak pernah terjadi
sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa saksi mata
sehubungan dengan kejadian berikut ini.
Di Nevesinje, Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia
yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak. Sang
ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya.
Selama tujuh hari mereka dibiarkan kelaparan dan
kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah daging
panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan
keempat anak tersebut. Karena sangat lapar, merekapun
memakan habis daging panggang tersebut. Setelah mereka
selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang
dimakan itu adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah
contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas kendali. Ini
adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa
disangkal lagi.
15. Tahun 1942. Seorang biarawan ordo Fransiskan,
Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah
komandan kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp
konsentrasi ini merupakan kamp yang unik karena jumlah
tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini
menampung 24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000
diantaranya dibunuh dengan darah dingin. Banyak
mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di
kamp konsentrasi di Jasenovac.
Di Dubrovinick, Dalmatia, para prajurit fasis banyak
yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan
dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata
manusia, yang lainnya untaian lidah orang-orang Serbia
Ortodoks yang dibunuh.
Pada tahun 1942 ini juga, Gereja Katolik akhirnya
memang kemudian terbukti terlibat kejahatan dalam
Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas
2300 warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung
dengan Yugoslavia.
Pembantaian yang terjadi pada tahun 1942 tersebut,
menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari peran
rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari
biara Petricevac saat itu diketahui memimpin
sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk
menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan
500 perempuan.
Total selama Perang Dunia II, Statistik menyebutkan
bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut Guinness Book of
Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan
kaki-tangan, 17 juta liter darah tertumpahkan, 12 juta
anak terlahir cacat, 13.000 sekolah dasar dan
menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains
telah musnah, serta 319 milyar peluru telah
ditembakkan.
Perang Dunia I dan II yang telah mengakibatkan puluhan
juta manusia matipun disebabkan oleh negara-negara
Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia,
Amerika, dan lain-lain. Episode horror berbagai
penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat manusia
yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat
mewarnai sepanjang perang berlangsung. Setelah
membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih
suka menuduh negara-negara Islam sebagai teroris.
Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang
mengakibatkan puluhan juta manusia mati seperti
mereka.
16. Pada 4 Mei 1978, tentara Afrika Selatan membunuh
lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di
Namibia. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Tentu mereka tidak dianggap teroris oleh orang-orang
Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah
pemeluk Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan
(LRA) juga sering melakukan aksi terorisme. Namun
karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama
Kristen, tentu hampir mustahil orang-orang Kristen
memberi label "teroris" kepada mereka.
Bandingkan dengan stigma teroris yang mereka berikan
kepada Amrozy atau Imam Samudera, walaupun jumlah
korban yang (mungkin) mereka bunuh pada bom Bali 2002
lalu HANYA 200 orang. Padahal kejahatan yang dilakukan
oleh Amrozy atau Imam Samudera itu LUAR BIASA KECILNYA
kalau mau dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan
ULTRA-BIADAB baik secara kualitas maupun kuantitas
yang dilakukan oleh Kristen.
17. Pada tahun 1980-an banyak terjadi pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir
John Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris,
menyimpulkan bahwa pihak keamanan Inggris terlibat
langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh
Katolik itu.
Dinas intelijen angkatan bersenjata Inggris dan polisi
Irlandia Utara, yang sebagian besar anggotanya
beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama
dengan organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya
dua aksi pembunuhan yang dilakukan UDA dihubungkan
langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia
Utara.
Sebenarnya isi laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini
hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama beredar,
bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak
selalu berperan netral sewaktu perang saudara di tahun
1980-an.
18. April-Mei 1994. Terjadi aksi pembantaian
besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu
terhadap Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi
tewas dibantai Hutu.
Rwanda adalah sebuah negara di Afrika yang berpenduduk
mayoritas 70% beragama Kristen, yang terdiri dari
pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua
adalah animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan
9% penganut. Berdasarkan etnis di Rwanda yang paling
dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku
Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.
Di Rwanda kurang lebih 800.000 (sumber lain
menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban
pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku
Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran
moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga
menjadi korban pembantaian tersebut.
Kilas balik peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden
Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari Tanzania
untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh
oleh kelompok ekstrim anggota partainya sendiri saat
mencoba mendarat di Kigali, ibukota Rwanda.
Kematian Habyarimana dijadikan alasan untuk
menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda dan
beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada
kelompok pembantai yang disebut interahamwe; yang
artinya 'mereka yang bertarung bersama', dan secara
terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian
itu.
Kelompok angkatan bersenjata Rwanda membantu aksi
interahamwe itu setiap kali para pembunuh itu
menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat
transportasi dan bahan bakar membuat pasukan maut itu
mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi yang cukup
terisolasi.
"Anda harus bekerja lebih keras, kuburannya belum
penuh," dorong sebuah suara di radio. Bulan April
1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai
terjadi di Rwanda, masyarakat biasa seakan tak bisa
lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian dunia tempat
kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik,
begitulah cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda
di musim semi tersebut, stasiun-stasiun radio terkenal
nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut
massa Hutu untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga
mereka.
Stasiun radio yang paling terkenal di antara semuanya
adalah RTLM (Radio Televison des Milles Collines),
Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal
karena para disc jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan
karena pencampuran musik Afrika yang menarik, program
beritanya, dan analisa politiknya.
Didirikan tahun 1993 dan dimiliki oleh anggota
keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana, stasiun
ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang
keunggulan kaum Hutu, namun kebanyakan masyarakat
non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini karena
musik yang mereka putarkan.
Dalam kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang
dipersiapkan untuk melakukan genosida. Ketika
pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah
diciptakan oleh para pemilik dan manager stasiun
tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar mengerikan
darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh
Rwanda. RTLM-lah yang memberikan sinyal untuk memulai
pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum Hutu yang
moderat.
Tanggal 7 dan 8 April RTLM menyiarkan: "Anda harus
membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa ..."
Tanggal 13 Mei: "Anda yang sedang mendengarkan kami,
bangkitlah agar kita dapat berjuang demi Rwanda kita
... Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki; Anda
yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang
memiliki tombak bertempurlah dengan tombak; Bawa
alat-alat tradisional Anda ... Kita semua harus
melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka,
membasmi mereka, buang mereka dari seluruh negara...
Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama sekali."
Dan pada tanggal 2 Juli: "Saya tidak tahu apakah Tuhan
akan membantu kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]...
namun kita harus bangkit untuk membasmi ras
orang-orang jahat ini... Mereka harus dibasmi karena
tidak ada cara lain."
Pesan tersebut berhasil. Bulan Juli 1994, ketika
kemenangan Tutsi yang dipimpin Front Patriotis Rwanda
(RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta
rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum
Hutu yang termasuk dalam partai-partai demokratis di
Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan
sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya
hampir 1 juta korban jiwa dari peristiwa tersebut
merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen
yang kesekian kalinya.
19. 28 April 2002. Penyerangan dan pembantaian di desa
Soya, Ambon. Pada tanggal tersebut dua tahun lalu,
terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di
Ambon. Dan yang menjadi korbannya adalah umat Kristen
semua, belasan yang tewas dan luka-luka, termasuk
seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai
dengan keji. Banyak rumah-rumah yang dibakar dan
gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.
Ketika itu dengan lantangnya dan serempak seluruh umat
Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah pelaku yang
berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedy
pembantaian terhadap umat Kristen di Desa Soya dan
ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang paling diexpose
oleh media-media atau situs corong Kristen terutama
yang gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di
situs Ambon Berdarah online, atau lebih tepatnya
"ON-LIE".
Walaupun tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua,
bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun kelompok
dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa
Soya yang jalannya sulit dan berliku-liku itu tanpa
diketahui oleh orang dalam desa tersebut? Ternyata
jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG
MELAKUKAN PEMBANTAIAN TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA
SENDIRI ITU!
Tujuan mereka TEGA melakukan pembantaian terhadap umat
dan gerejanya sendiri itu adalah supaya konflik di
Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus
berlangsung, syukur-syukur eskalasinya makin besar
sehingga dapat mengundang kekuatan PBB pimpinan Si
Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK
untuk masuk kesana.
Tujuan mereka sudah jelas, referendum bagi masyarakat
Maluku! Dan melihat perimbangan populasi penduduk di
Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang
Kristennya, karena umat Islamnya banyak yang sudah
mereka bantai dan para pendatang dari luar Maluku
seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain
sudah banyak pulang ke daerah asalnya akibat konflik
berdarah yang dilancarkan pasukan salibis ini, maka
mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam
referendum itu nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!
DITANGKAP, 13 TERSANGKA PELAKU KERUSUHAN AMBON
----------------------------------------------
JAKARTA (Media): Tiga belas tersangka pelaku peledakan
bom dan aksi penyerangan Desa Soya, Ambon, ditangkap
Kepolisian Daerah (Polda) Maluku.
Mereka kini berada di tahanan Mabes Polri. "Mabes
Polri telah menerima tujuh orang tersangka yang
diserahkan kemarin (Minggu, 20/10) dan enam orang
tersangka diserahkan hari ini (kemarin)," Ujar Kepala
Badan Hubungan Masyarakat (Kabahumas) Irjen Saleh Saaf
di Mabes Polri, kemarin.
Saleh menjelaskan ke-13 tersangka pelaku tersebut
ditangkap Polda Maluku sejak 12 Mei 2002 hingga 21
Oktober 2002. mereka antara lain Yunus Tanalepy,
Hengky Tatipikalawan, Morgan Manuhutu, Amstrong, Yunus
Luhulima, Semol Polhapessy, Boy Ltrt, Yani Rvl, Jemy
Rvl, Kony Sahertian, Lukas Tomasoa, Rait L, dan
Abraham.
Selain itu, empat tersangka lainnya, yang diduga
sebagai otak pelaku kerusuhan di Ambon selama ini
(Berty Loupatty, Hans Nanlohy, Martin Tomasowa, dan
Andrey Polhapessy), saat ini masih buron dan masuk
dalam daftar pencarian orang (DPO).
Teror
-----
Dalam pemeriksaan sementara yang dilakukan penyidik
dari Polda Maluku dan Mabes Polri, mereka mengaku
telah melakukan teror bom dan penyerangan di beberapa
tempat, antara lain di Desa Porto dan Desa Soya.
Selain itu, mereka juga melakukan teror bom, seperti
di Pasar Ikan, Merdeka, KM Kalifornia, Lapangan
Merdeka, Jalan Teluk Besi, dan pemicu konflik antara
Brimob dan Kopassus.
Penyerangan atas Desa Soya terjadi pada minggu subuh,
28 April 2002, merenggut 14 nyawa. Selain itu, 23
rumah, satu tempat ibadah dan balai pertemuan dibakar.
Sedangkan ledakan di Lapangan Merdeka terjadi pada 8
Juni 2002 mengakibatkan tiga remaja tewas dan delapan
lainnya luka-luka.
Saleh menambahkan, dengan tertangkapnya 13 orang itu,
akhirnya diketahui, merekalah yang menyerang Desa
Soya, menyerang desa yang dihuni orang-orang Kristen.
"Mereka adalah ORANG-ORANG DARI KELOMPOK MERAH dan
ORANG-ORANG KRISTEN SENDIRI. Jadi, saya simpulkan
bahwa di Ambon ada kelompok avonturir yang tidak
menginginkan Ambon aman dan damai," katanya.
Dengan tertangkapnya 13 tersangka ini, menurut Saleh,
terungkap bahwa kerusuhan yang terjadi di Ambon selama
ini bukan konflik antaretnis dan agama.
Saleh menjelaskan motivasi orang-orang tersebut adalah
untuk melakukan provokasi. Mereka menginginkan Ambon
tetap bergolak dan bisa dijadikan lahan bisnis
penjualan bahan peledak, bom, dan senjata api.
Menurut Saleh, tidak tertutup kemungkinan, mereka juga
berusaha memecah belah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan tujuan agar masyarakat di Maluku
tidak mempercayai pemerintah.
Ketika ditanya apakah kelompok ini berkaitan dengan
kelompok yang membuat kerusuhan di Poso dan Nanggroe
Aceh Darussalam, Saleh mengatakan, "Kita sedang
identifikasi dan dalami."
Tentang kemungkinan keterlibatan elite politik dan
orang Jakarta, Saleh mengatakan pihaknya sedang
mencoba menyelidiki hal itu. "Itulah sebabnya mengapa
mereka dibawa ke Jakarta." (Emh/J-3)
Media Indonesia NO. 8028, TAHUN XXXIII HALAMAN 28
SELASA, 22 OKTOBER 2002.
20. Tidak di Rwanda saja, bulan Agustus 2004 lalu juga
terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh
suku Hutu di Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah
pemeluk agama Kristen dan 32% animisme. Suku Hutu
merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan
85%, kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas
suku Twa (Pigmy) 1%.
Ratusan pengungsi Tutsi yang sedang tertidur lelap
DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di daerah
perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi
menuduh milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau
setidaknya memiliki hubungan dengan teroris-teroris
(Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku
Tutsi disana tahun 1994.
Namun yang pasti, didukung atau tidak, memiliki
hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang Kristen
dan mereka biadab.
sumber :dari milis tetangga eramuslim by Forza Islam 2004
dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka
untuk merebut Yerusalem. Tidak seperti di kota-kota
Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria
ini, sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin,
menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan
makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk.
Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam.
Walau pun sama-sama beragama Kristen, mereka tidak
senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah
pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan.
Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 orang
saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di
bawah pimpinan sang Rahib.
2. Pada 9 September 1096 di Nikaia, Xerigordon (dahulu
wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika
menaklukan Antiochia di tahun yang sama antara
10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh
oleh pasukan Salib Kristen.
3. Tahun 1205. Paus Innocent kedua yang lain
menyingkirkan King John of England karena menyerang
beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa
mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb:
"Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan
Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung
kami Paus Innocent, dan seluruh penerus katoliknya.
Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai
penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami telah
menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan
kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound
diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang
perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di
tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan
sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris."
Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel
Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman
123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode
ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran
ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka dihukum
gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang
mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun
1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup
1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur
dan 97.023 orang disiksa hingga mati.
Itulah Kristen: AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA
BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER NYOWO, AGAMA
IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan
lainnya yang seram-seram untuk menggambarkan
track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya
menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR
PEMBANTAIAN.
Bahkan agama kalian juga pantas diberi label sebagai
AGAMA KANIBAL karena pada 11 Desember 1098 di Marra
(Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang,
karena kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang
sudah membusuk dimakan oleh Pasukan Salib Kristen,
fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini
telah diakui sendiri oleh pasukan salib tersebut dalam
surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan
keji, ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan
memakan daging manusia. Benar-benar tak ada
tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen
itu.
Manusia biasa tentu tidak sanggup melakukan berbagai
macam kekejaman dan kebiadaban tak henti-henti dengan
berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang
sanggup.
4. Tahun 1209. Perang Salib Albigensia diumumkan oleh
Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di
Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi
pembantaian terhadap Kelompok Cathary oleh Paus
Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.
Sejak awal mula perkembangan Kristen, banyak sekali
aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus. Contohnya,
adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup
di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut
Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman
Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging
adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma
dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah
disalib dan dibangkitkan.
Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi
Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang
jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan
"sihirnya" dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan.
Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan
persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada
raja-raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata,
sehingga ribuan orang penganut aliran Cathary ini
dibantai.
5. 27 Mei 1234, Sekitar 5000 sampai 11.000 Petani
Steding (Jerman) Pria, Wanita dan anak-anak dibunuh
karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik
leher.
Jangan heran melihat betapa semangatnya orang-orang
Kristen untuk menghabisi nyawa orang lain tak
henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk
melakukan hal itu memang ada dalam Alkitab mereka,
kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik yang bapak
maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban
dan kebrutalan mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang
ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing dalam
setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan
dan segala kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh
orang Kristen.
TUHAN BABE, PEMEGANG REKOR PEMBANTAIAN UMAT MANUSIA
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/39841
20 DOSA YESUS KRISTUS
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/32798
6. Tahun 1524-1526. Kekejaman Gereja di Jerman.
Kala itu gereja di Jerman begitu manunggal dengan
negara dan sekelompok petani yang telah lama merasa
tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas
Munzer, seorang pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa
para petani dan buruh tambang lebih bisa memahami
Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat
dada para petani gemeretak dan mereka menjadi semakin
bulat menantang.
Tapi sementara pasukan petani hanya mengandalkan
artileri bikinan sendiri ditambah doa dan pidato,
pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen
dengan kanon. Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan
dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman mati. Ketika
istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu
disetujui dengan syarat. Wanita-wanita itu harus
menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan
pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju.
Akhirnya pemberontakan pun padam, setelah 130.000
petani tewas. (Goenawan Muhamad, 1991:164,165,
170-171, 210-211).
7. Tahun 1572. Pembantaian pada hari St.Bartolomeus,
orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh
Catherina de Medici.
Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang
secara fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di
Prancis. Raja Prancis dengan cerdik mengatur
pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana
Coligny, seorang pemimpin kaum Protestan. Pesta
pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.
Setelah empat hari berpesta, para serdadu diberi
tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum Protestan di
seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny
dibunuh, tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela,
kemudian kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada
Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya
dan menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga
hari dan akhirnya tubuhnya digantung di dekat bukit
yang terletak di luar kota tersebut.
Mereka juga membantai semua orang yang diketahui
beragama Protestan. Selama tiga hari pertama, lebih
dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang
sudah mati itu dibuang ke sungai dan darah mengalir di
seluruh jalan-jalan di kota menuju ke sungai sehingga
seperti membentuk aliran sungai darah. Karena
kemarahan yang meluap-luap, mereka juga membunuh
pengikut mereka sendiri kalau mereka dicurigai tidak
mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus.
Dari Paris, pembunuhan menyebar ke seluruh bagian
Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh. Hanya
sedikit orang Protestan yang selamat dari kemarahan
para penganiaya itu.
8. Tanggal 5 April 1585 sebuah tragedi pembunuhan
massal terjadi di Harlem, Belanda. Tragedi yang juga
dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat
Raja Spanyol Philip II menginstruksikan represi secara
meluas atas rakyat Belanda yang kemudian berpuncak
dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut,
sekitar 6.000 aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh
oleh tentara Spanyol. Perjuangan rakyat Belanda untuk
meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil pada
tahun 1609.
9. Tahun 1618-1648. Perang 30 tahun antara Katolik
lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.
Ada banyak wilayah, dinasti, dan isu agama yang
melatarbelakangi perang ini, namun secara keseluruhan
"Perang 30 Tahun" ini adalah perang antara
pangeran-pangeran Jerman Protestan yang beraliansi
dengan kekuatan-kekuatan asing, yaitu Perancis,
Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan
Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang
Kristen memang biadab dan haus darah.
10. 23 Oktober 1641. Pembantaian Katolik terhadap
Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih
tanggal 23 Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola,
pendiri ordo Jesuit.
Mereka merencanakan pemberontakan besar di seluruh
negeri. Semua orang Kristen (Protestan) akan dibunuh
semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka,
keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum
Protestan. Pagi harinya, para konspirator
dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka
temui langsung dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak
diberi ampun.
Kaum Protestan Irlandia terkejut. Selama ini mereka
hidup damai dan aman selama bertahun-tahun tetapi
sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri.
Mereka dibunuh oleh tetangga sendiri, teman dan bahkan
oleh saudaranya sendiri.
Tetapi kematian bukanlah hal yang mereka takuti. Para
wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi sampai
pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan
mati kehabisan darah. Wanita yang sedang hamil diikat
pada cabang pohon, bayi mereka yang belum lahir
dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para
suaminya dipaksa menyaksikan kekejaman itu. Pada
pembantaian massal di hari perayaan St.Bartholomeus
ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh
orang-orang Katolik.
11. Sekitar tahun 1890 sampai 1901 kira-kira 1300
orang kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku
Klux Klan di Amerika. Hasil daripada pelaksanaan ini
orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di
beberapa negeri di Amerika.
Berkaitan dengan budak, silahkan baca sekelumit
artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik konsep
rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja
Gospel itu berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang Kristen kulit putih terhadap
budak-budaknya!.
Konsep rasialisme yang ada sekarang, mulai muncul pada
abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai berkembang.
Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau
Amerika. Para pedagang budak yang hampir semuanya
Kristen itu menyebarkan paham bahwa masyarakat kulit
hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun
inferior, sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan
kasar dan harus tunduk pada perintah. Pandangan
inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa
Romawi dan Yunani.
Diperkirakan 11,8 juta rakyat Afrika diperdagangkan
selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di mana
sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan
menyeberangi samudera Atlantik. Pada abad 19, tercatat
bahwa 90% budak belian adalah anak-anak. Beberapa
negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena
perdagangan budak ini. Perbudakan Afrika adalah
saudara kembar kolonialisme di benua itu.
Bahkan ada satu fakta menarik, bahwa musik Rap yang
kita kenal sekarang ini adalah berasal dari
budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh
orang-orang Kristen kulit putih.
Kebanyakan buku, Acara Tv dan sejarawan mengatakan
bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx, tapi ini
tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau
sekarang dimulai sekitar 1970 di Boogie Down Bronx.
Untuk mengerti secara keseluruhan, kita harus kembali
ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk
lebih spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah
mereka dalam bait-bait ritmik dan nyanyian.
Karena ada banyak suku-suku, banyak terdapat bahasa
daerah dan suku-suku yang bahasa mereka seringnya
tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah
dan legenda mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk
menceritakannya. Karena pedagang budak kulit putih
datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku
mereka.
Orang Afrika asli membawa cerita dan rima mereka
bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang
budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan
"Bahasa Ibu" (bahasa afrika asli). Para pedagang budak
itu berpikir bahwa mereka berencana untuk membuat
rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka di
perbolehkan untuk menyanyi. Ini membuat para budak
bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para budak
wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew
(para pembantu pedagang budak). Budak wanita dijadikan
bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini bisa
memakan waktu hingga sebulan.
Dan bila dari sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak
yang selamat, itu adalah perjalanan yang bagus. Dan
bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan
harga yang lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam
kandungan budak wanita). Lalu orang-orang Kristen/para
majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk
mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak
wanita hingga hamil dan anak hasil perbuatan itu di
jadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan
memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk
teman tidur...
Ketika mereka menyanyi mereka bekerja lebih giat
karena isi nyanyiannya adalah tentang dari mana mereka
berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu
selanjutnya, karena majikan bersifat lebih lunak, para
budak diperbolehkan libur setiap hari minggu. Pada
hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan
menyanyikan lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah
menjadi paduan suara Gospel.
Jadi musik Gospel Gereja berasal dari pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen
terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti
tersenyum bangga melihat buah hasil akibat pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!
(^_^)
12. Perang Dunia I (1914-1919). Jutaan orang terbunuh
akibat keganasan orang-orang Kristen.
Perang dunia pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9
juta manusia tewas. Tepatnya dalam buku Guinness Book
of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan
korban 9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat
bekerja seumur hidup. Demikianlah statistik kerusakan
dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang
terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat
sampingan perang tidak dapat dihitung. Angka biaya
perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta
perang sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk
mayoritas beragama Kristen.
13. Tahun 1940. Orang-orang Kristen non Katolik di
Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama
Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi
penganut agama Katolik atau mati. Gedung-gedung gereja
mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan,
gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan
gereja dibakar habis.
Sering kali para umat Ortodoks ditangkap sewaktu
mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya atau
dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka
ditentukan: dipaksa pindah agama, dikirim ke kamp
konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang selamat,
biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya
kepada para Komandan Ustachi dan para padri Katolik
yang bersama mereka."
"Pembunuhan massal dilakukan dengan membunuh secara
orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah
pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan
senjata-senjata primitif, seperti garpu, sekop, palu
dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka
tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka
mematahkan kaki, menguliti tubuh dan janggut
korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata
mereka dan bahkan mengeluarkan bola matanya."
Informasi ini direkam dalam bentuk gambar dan
kesaksian tersumpah para korban yang selamat. Mereka
tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai
contoh: 'Di desa-desa antara Vlasenica dan Kladani
tentara Nazi menemukan anak-anak yang disalib oleh
Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan
anak-anak tersebut.'
Seorang pastor Katolik bernama Juric berkata, "Saat
ini bukan merupakan suatu dosa jika membunuh anak
berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata
menghalangi gerakan Ustachi." [Dari buku Teror Katolik
Saat Ini (Catholic Terror Today) oleh Avro Manhattan]
Kemudian pada tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik
Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk membantu Italia
di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini
menginvasi dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan
pemimpin "Negara Merdeka Kroasia".
Tanggal 18 Mei 1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch
beserta rekan-rekannya. Pada hari itu juga, pembunuhan
besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai
puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para
Oustachis juga memburu kaum minoritas Serbia. Andrija
Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan
besar-besaran tersebut.
14. 29 Agustus 1942. Kejahatan perang paling buruk,
mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota
badan intelejen Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica
tidak diragukan lagi merupakan salah satu kejahatan
yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah
mengenyam pendidikan di Fransiscan College di Siroki,
Brijeg, Herzegovina, adalah seorang mahasiswa fakultas
hukum, dan seorang anggota organisasi Katolik "The
Crusaders".
Pada 29 Agustus 1942 malam, di kamp konsentrasi
Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan. Taruhan
dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi
terhadap tahanan yang jumlahnya besar itu. Peter
Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan dengan pisau
jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai
pemenang dan diangkat sebagai raja pemotong leher
manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas satu dan
babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.
Kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ustachi jauh
melampaui penyiksaan fisik yang kejam. Korban-korban
mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh
adalah kebrutalan, yang tidak pernah terjadi
sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa saksi mata
sehubungan dengan kejadian berikut ini.
Di Nevesinje, Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia
yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak. Sang
ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya.
Selama tujuh hari mereka dibiarkan kelaparan dan
kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah daging
panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan
keempat anak tersebut. Karena sangat lapar, merekapun
memakan habis daging panggang tersebut. Setelah mereka
selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang
dimakan itu adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah
contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas kendali. Ini
adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa
disangkal lagi.
15. Tahun 1942. Seorang biarawan ordo Fransiskan,
Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah
komandan kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp
konsentrasi ini merupakan kamp yang unik karena jumlah
tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini
menampung 24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000
diantaranya dibunuh dengan darah dingin. Banyak
mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di
kamp konsentrasi di Jasenovac.
Di Dubrovinick, Dalmatia, para prajurit fasis banyak
yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan
dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata
manusia, yang lainnya untaian lidah orang-orang Serbia
Ortodoks yang dibunuh.
Pada tahun 1942 ini juga, Gereja Katolik akhirnya
memang kemudian terbukti terlibat kejahatan dalam
Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas
2300 warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung
dengan Yugoslavia.
Pembantaian yang terjadi pada tahun 1942 tersebut,
menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari peran
rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari
biara Petricevac saat itu diketahui memimpin
sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk
menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan
500 perempuan.
Total selama Perang Dunia II, Statistik menyebutkan
bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut Guinness Book of
Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan
kaki-tangan, 17 juta liter darah tertumpahkan, 12 juta
anak terlahir cacat, 13.000 sekolah dasar dan
menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains
telah musnah, serta 319 milyar peluru telah
ditembakkan.
Perang Dunia I dan II yang telah mengakibatkan puluhan
juta manusia matipun disebabkan oleh negara-negara
Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia,
Amerika, dan lain-lain. Episode horror berbagai
penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat manusia
yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat
mewarnai sepanjang perang berlangsung. Setelah
membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih
suka menuduh negara-negara Islam sebagai teroris.
Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang
mengakibatkan puluhan juta manusia mati seperti
mereka.
16. Pada 4 Mei 1978, tentara Afrika Selatan membunuh
lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di
Namibia. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Tentu mereka tidak dianggap teroris oleh orang-orang
Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah
pemeluk Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan
(LRA) juga sering melakukan aksi terorisme. Namun
karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama
Kristen, tentu hampir mustahil orang-orang Kristen
memberi label "teroris" kepada mereka.
Bandingkan dengan stigma teroris yang mereka berikan
kepada Amrozy atau Imam Samudera, walaupun jumlah
korban yang (mungkin) mereka bunuh pada bom Bali 2002
lalu HANYA 200 orang. Padahal kejahatan yang dilakukan
oleh Amrozy atau Imam Samudera itu LUAR BIASA KECILNYA
kalau mau dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan
ULTRA-BIADAB baik secara kualitas maupun kuantitas
yang dilakukan oleh Kristen.
17. Pada tahun 1980-an banyak terjadi pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir
John Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris,
menyimpulkan bahwa pihak keamanan Inggris terlibat
langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh
Katolik itu.
Dinas intelijen angkatan bersenjata Inggris dan polisi
Irlandia Utara, yang sebagian besar anggotanya
beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama
dengan organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya
dua aksi pembunuhan yang dilakukan UDA dihubungkan
langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia
Utara.
Sebenarnya isi laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini
hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama beredar,
bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak
selalu berperan netral sewaktu perang saudara di tahun
1980-an.
18. April-Mei 1994. Terjadi aksi pembantaian
besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu
terhadap Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi
tewas dibantai Hutu.
Rwanda adalah sebuah negara di Afrika yang berpenduduk
mayoritas 70% beragama Kristen, yang terdiri dari
pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua
adalah animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan
9% penganut. Berdasarkan etnis di Rwanda yang paling
dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku
Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.
Di Rwanda kurang lebih 800.000 (sumber lain
menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban
pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku
Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran
moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga
menjadi korban pembantaian tersebut.
Kilas balik peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden
Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari Tanzania
untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh
oleh kelompok ekstrim anggota partainya sendiri saat
mencoba mendarat di Kigali, ibukota Rwanda.
Kematian Habyarimana dijadikan alasan untuk
menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda dan
beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada
kelompok pembantai yang disebut interahamwe; yang
artinya 'mereka yang bertarung bersama', dan secara
terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian
itu.
Kelompok angkatan bersenjata Rwanda membantu aksi
interahamwe itu setiap kali para pembunuh itu
menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat
transportasi dan bahan bakar membuat pasukan maut itu
mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi yang cukup
terisolasi.
"Anda harus bekerja lebih keras, kuburannya belum
penuh," dorong sebuah suara di radio. Bulan April
1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai
terjadi di Rwanda, masyarakat biasa seakan tak bisa
lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian dunia tempat
kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik,
begitulah cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda
di musim semi tersebut, stasiun-stasiun radio terkenal
nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut
massa Hutu untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga
mereka.
Stasiun radio yang paling terkenal di antara semuanya
adalah RTLM (Radio Televison des Milles Collines),
Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal
karena para disc jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan
karena pencampuran musik Afrika yang menarik, program
beritanya, dan analisa politiknya.
Didirikan tahun 1993 dan dimiliki oleh anggota
keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana, stasiun
ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang
keunggulan kaum Hutu, namun kebanyakan masyarakat
non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini karena
musik yang mereka putarkan.
Dalam kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang
dipersiapkan untuk melakukan genosida. Ketika
pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah
diciptakan oleh para pemilik dan manager stasiun
tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar mengerikan
darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh
Rwanda. RTLM-lah yang memberikan sinyal untuk memulai
pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum Hutu yang
moderat.
Tanggal 7 dan 8 April RTLM menyiarkan: "Anda harus
membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa ..."
Tanggal 13 Mei: "Anda yang sedang mendengarkan kami,
bangkitlah agar kita dapat berjuang demi Rwanda kita
... Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki; Anda
yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang
memiliki tombak bertempurlah dengan tombak; Bawa
alat-alat tradisional Anda ... Kita semua harus
melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka,
membasmi mereka, buang mereka dari seluruh negara...
Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama sekali."
Dan pada tanggal 2 Juli: "Saya tidak tahu apakah Tuhan
akan membantu kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]...
namun kita harus bangkit untuk membasmi ras
orang-orang jahat ini... Mereka harus dibasmi karena
tidak ada cara lain."
Pesan tersebut berhasil. Bulan Juli 1994, ketika
kemenangan Tutsi yang dipimpin Front Patriotis Rwanda
(RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta
rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum
Hutu yang termasuk dalam partai-partai demokratis di
Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan
sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya
hampir 1 juta korban jiwa dari peristiwa tersebut
merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen
yang kesekian kalinya.
19. 28 April 2002. Penyerangan dan pembantaian di desa
Soya, Ambon. Pada tanggal tersebut dua tahun lalu,
terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di
Ambon. Dan yang menjadi korbannya adalah umat Kristen
semua, belasan yang tewas dan luka-luka, termasuk
seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai
dengan keji. Banyak rumah-rumah yang dibakar dan
gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.
Ketika itu dengan lantangnya dan serempak seluruh umat
Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah pelaku yang
berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedy
pembantaian terhadap umat Kristen di Desa Soya dan
ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang paling diexpose
oleh media-media atau situs corong Kristen terutama
yang gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di
situs Ambon Berdarah online, atau lebih tepatnya
"ON-LIE".
Walaupun tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua,
bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun kelompok
dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa
Soya yang jalannya sulit dan berliku-liku itu tanpa
diketahui oleh orang dalam desa tersebut? Ternyata
jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG
MELAKUKAN PEMBANTAIAN TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA
SENDIRI ITU!
Tujuan mereka TEGA melakukan pembantaian terhadap umat
dan gerejanya sendiri itu adalah supaya konflik di
Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus
berlangsung, syukur-syukur eskalasinya makin besar
sehingga dapat mengundang kekuatan PBB pimpinan Si
Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK
untuk masuk kesana.
Tujuan mereka sudah jelas, referendum bagi masyarakat
Maluku! Dan melihat perimbangan populasi penduduk di
Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang
Kristennya, karena umat Islamnya banyak yang sudah
mereka bantai dan para pendatang dari luar Maluku
seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain
sudah banyak pulang ke daerah asalnya akibat konflik
berdarah yang dilancarkan pasukan salibis ini, maka
mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam
referendum itu nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!
DITANGKAP, 13 TERSANGKA PELAKU KERUSUHAN AMBON
----------------------------------------------
JAKARTA (Media): Tiga belas tersangka pelaku peledakan
bom dan aksi penyerangan Desa Soya, Ambon, ditangkap
Kepolisian Daerah (Polda) Maluku.
Mereka kini berada di tahanan Mabes Polri. "Mabes
Polri telah menerima tujuh orang tersangka yang
diserahkan kemarin (Minggu, 20/10) dan enam orang
tersangka diserahkan hari ini (kemarin)," Ujar Kepala
Badan Hubungan Masyarakat (Kabahumas) Irjen Saleh Saaf
di Mabes Polri, kemarin.
Saleh menjelaskan ke-13 tersangka pelaku tersebut
ditangkap Polda Maluku sejak 12 Mei 2002 hingga 21
Oktober 2002. mereka antara lain Yunus Tanalepy,
Hengky Tatipikalawan, Morgan Manuhutu, Amstrong, Yunus
Luhulima, Semol Polhapessy, Boy Ltrt, Yani Rvl, Jemy
Rvl, Kony Sahertian, Lukas Tomasoa, Rait L, dan
Abraham.
Selain itu, empat tersangka lainnya, yang diduga
sebagai otak pelaku kerusuhan di Ambon selama ini
(Berty Loupatty, Hans Nanlohy, Martin Tomasowa, dan
Andrey Polhapessy), saat ini masih buron dan masuk
dalam daftar pencarian orang (DPO).
Teror
-----
Dalam pemeriksaan sementara yang dilakukan penyidik
dari Polda Maluku dan Mabes Polri, mereka mengaku
telah melakukan teror bom dan penyerangan di beberapa
tempat, antara lain di Desa Porto dan Desa Soya.
Selain itu, mereka juga melakukan teror bom, seperti
di Pasar Ikan, Merdeka, KM Kalifornia, Lapangan
Merdeka, Jalan Teluk Besi, dan pemicu konflik antara
Brimob dan Kopassus.
Penyerangan atas Desa Soya terjadi pada minggu subuh,
28 April 2002, merenggut 14 nyawa. Selain itu, 23
rumah, satu tempat ibadah dan balai pertemuan dibakar.
Sedangkan ledakan di Lapangan Merdeka terjadi pada 8
Juni 2002 mengakibatkan tiga remaja tewas dan delapan
lainnya luka-luka.
Saleh menambahkan, dengan tertangkapnya 13 orang itu,
akhirnya diketahui, merekalah yang menyerang Desa
Soya, menyerang desa yang dihuni orang-orang Kristen.
"Mereka adalah ORANG-ORANG DARI KELOMPOK MERAH dan
ORANG-ORANG KRISTEN SENDIRI. Jadi, saya simpulkan
bahwa di Ambon ada kelompok avonturir yang tidak
menginginkan Ambon aman dan damai," katanya.
Dengan tertangkapnya 13 tersangka ini, menurut Saleh,
terungkap bahwa kerusuhan yang terjadi di Ambon selama
ini bukan konflik antaretnis dan agama.
Saleh menjelaskan motivasi orang-orang tersebut adalah
untuk melakukan provokasi. Mereka menginginkan Ambon
tetap bergolak dan bisa dijadikan lahan bisnis
penjualan bahan peledak, bom, dan senjata api.
Menurut Saleh, tidak tertutup kemungkinan, mereka juga
berusaha memecah belah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan tujuan agar masyarakat di Maluku
tidak mempercayai pemerintah.
Ketika ditanya apakah kelompok ini berkaitan dengan
kelompok yang membuat kerusuhan di Poso dan Nanggroe
Aceh Darussalam, Saleh mengatakan, "Kita sedang
identifikasi dan dalami."
Tentang kemungkinan keterlibatan elite politik dan
orang Jakarta, Saleh mengatakan pihaknya sedang
mencoba menyelidiki hal itu. "Itulah sebabnya mengapa
mereka dibawa ke Jakarta." (Emh/J-3)
Media Indonesia NO. 8028, TAHUN XXXIII HALAMAN 28
SELASA, 22 OKTOBER 2002.
20. Tidak di Rwanda saja, bulan Agustus 2004 lalu juga
terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh
suku Hutu di Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah
pemeluk agama Kristen dan 32% animisme. Suku Hutu
merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan
85%, kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas
suku Twa (Pigmy) 1%.
Ratusan pengungsi Tutsi yang sedang tertidur lelap
DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di daerah
perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi
menuduh milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau
setidaknya memiliki hubungan dengan teroris-teroris
(Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku
Tutsi disana tahun 1994.
Namun yang pasti, didukung atau tidak, memiliki
hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang Kristen
dan mereka biadab.
sumber :dari milis tetangga eramuslim by Forza Islam 2004
Langganan:
Postingan (Atom)