Sabtu, 18 Desember 2010

VIRUS

Pelajar AlKitab
81. At Takwiir
وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ
22. Dan temanmu (Muhammad)
itu bukanlah sekali-kali orang
yang gila.
81. At Takwiir
MUHAMMAD BUKANLAH SEORANG
GILA, MELAINKAN RASUL,
KEPADANYA DITURUNKAN AL
QURAAN
فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ
15. Sungguh, Aku bersumpah
dengan bintang-bintang,
kedua ayat di atas
memperlihatkan kebodohan
muhammad....olloh kl emang dia
Tuhan yg sebenarnya tidak perlu
mengkonfirmasi nabi yg sdh Dia
tentukan itu dikonfirmasi tidak
gila lewat ayat.....lalu knp olloh
bersumpah demi benda2
ciptaannya sendiri.....
OLLOH ITU FIKTIP......angan2
muhammad untuk memuaskan
semua nafsunya
31 menit yang laluvia Facebook Seluler · Suka · Komentari ·
BerlanggananPangeran Malaikat Virusan “Maka bersumpahlah
Aku.” (pangkal ayat 15). Tertulis
dalam aslinya Falaa uqsimu, yang
kalau diartikan secara harfiyah
saja ialah: “Maka tidaklah aku
hendak bersumpah.” Padahal
yang dimaksud ialah bersumpah.
Maka tidaklah ada ahli tafsir sejak
zaman sahabat-sahabat
Rasulullah sampai di belakangnya
yang mengartikan menurut yang
tertulis, melainkan menurut
maksud yang tersembunyi, yaitu
Allah bersumpah: “Demi bintang-
bintang yang timbul
tenggelam. ” (ujung ayat 15).
Bintang-bintang yang timbul
tenggelam yang senantiasa
kelihatan itu, yang disebut
bintang-bintang keluarga
matahari (satelit) yang terbesar
ialah lima, yaitu: Zuhal, Musytari,
Utharid, Marikh dan Zuhrah.
“ Yang segera beredar.” (pangkal
ayat 16). Yaitu beredar di
sekeliling matahari menurut
ukuran putaran tertentu: “Yang
terlindung.” (ujung ayat 16).
Berlindung di balik penglihatan
karena dilindungi oleh cahaya
matahari sudah mulai terbenam,
baru cahaya bintang-bintang itu
kelihatan pula.
Setelah mengambil sumpah
dengan bintang-bintang yang
beredar di sekeliling matahari
menurut ilmu pengetahuan
manusia dan di sekeliling bumi
menurut yang kelihatan oleh
mata dan lekas dapat
difahamkan untuk memberikan
pelajaran kejiwaan bagi insan,
maka Allah pun meneruskan
sumpahnya: “Dan malam tatkala
dia telah pergi.” (ayat 17). “Dan
pagi tatkala dia telah
bernafas. ” (ayat 18). Dibuat
Tuhan ungkapan, apabila fajar
telah mulai menyingsing dan
matahari akan mulai terbit,
beransurlah malam itu pergi;
kegelapan bertambah tersima
oleh kian naiknya matahari dan
pagi pun kian bernafas!
Alangkah indahnya ungkapan ini.
Sebab tatkala hari masih gelap-
gulita seakan-akan tidak diberi
nafas terang benderangnya
siang. Namun dengan terbitnya
fajar, seakan-akan siang mulai
menarik nafasnya buat bangun
kembali. Oleh sebab itu maka
peringatan yang tersusun
sebagai sumpah itu sangatlah
elok pertalian di antara satu
dengan yang lain, yang dimulai
dengan peredaran bintang-
bintang, sampai kepada gelapnya
malam dan bernafasnya pagi
yang cerah, untuk mengimbangi
perasaan kita yang tadinya
merasa seram mendengar
ceritera keadaan tanda-tanda
hari akan kiamat. Dan sesudah
menyusun sumpah yang
demikian maka Allah pun
melanjutkan agak perhatian kita
ditujukan kepada inti yang
dimaksud yaitu menerangkan
dari mana benarkah saluran
wahyu Ilahi itu datang:
“Sesungguhnya dia adalah
perkataan dari seorang Utusan
Yang Mulia. ” (ayat 19). Artinya
yang membawa wahyu kepada
Muhammad itu ialah seorang
Utusan Allah Yang Mulia; itulah
Malaikat Jibril ‘alaihis-salam.
Dan dilanjutkan lagi pada ayat
berikutnya keistimewaan
Malaikat Jibril pembawa wahyu
itu daripada malaikat-malaikat
yang lain: “Yang empunya
kekuatan.” (pangkal ayat 20).
Saking kuatnya, pekiknya raja
dapat menjadi angin
penggoncang menghancurkan
negeri Tsamud. Dan negeri
Sadum kaum Nabi Luth dapat
ditunggang-balikkannya: “Di sisi
Yang Empunya Singgasana.”
Yang Empunya Singgasana, atau
‘ Arasy ialah Allah sendiri. Maka
Malaikat Jibril itu dekatlah
kedudukannya di sisi Allah Yang
Maha Kuasa, atau dalam
ungkapan setiap hari “dekat ke
istana”; “Yang kokoh!” (ujung
ayat 20). Demikian kokoh
kekuatan Jibril itu di sisi Allah
sehingga tidak ada satu
kekuatan lain pun yang bisa
mengungkit-ngungkitnya. Tidak
ada malaikat lain yang dapat
menggeser kedudukan yang
kokoh itu, sehingga dialah yang
terpilih buat menjadi Utusan
Mulia menyampaikan tiap-tiap
wahyu kepada para Anbiya ’ dan
Mursalin.
“Dipatuhi di sana.” (pangkal ayat
21). Yaitu di alam malakut itu,
Malaikat Jibril muthaa ’in, dipatuhi
oleh malaikat yang banyak. Dia
pun disebut Ruhul-Qudus, dia
pun disebut Ruhul-Amin,
malahan di dalam memelihara Al-
Qur ’an dalam perbendaharaan
Allah, dia adalah Kepala dari duta-
duta Allah yang mulia (Surat 80,
‘ Abasa ayat 15 dan 16) “Seraya
dipercayai.” (ujung ayat 21).
Suatu tumpahan kepercayaan
daripada Allah sendiri, sampai
digelari Ruhul-Amin, Roh yang
dipercaya. Sebagaimana Nabi
Muhammad SAW pun bergelar Al-
Amin pula.
“Dan tidaklah kawanmu itu
seorang yang gila.” (ayat 22).
Setelah Allah memujikan siapa
Utusan yang Allah kirim
mengantarkan wahyu-Nya
kepada Muhammad SAW maka
Allah pun memujikan pula siapa
Nabi Muhammad SAW sendiri,
bahwa beliau bukanlah seorang
yang gila sebagaimana mereka
tuduhkan. Bahkan beliau adalah
seorang yang sihat wal- ‘afiat,
mempunyai jiwa raga yang
kokoh dan kekar, sehingga
sangguplah dia menerima
Utusan Jibril itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar