Minggu, 19 Desember 2010

Yesus salah perhitungan:



1. Melihat antusiasme yangditunjukkan oleh murid-muridnya pada acara
perjamuan malam, dia yakin bahwa mereka bias melawan Yahudi yang akan menangkapnya.
2. Yahudi lebih cerdik dari apa yang dipikirnya.
Mereka membawa tentara Romawi bersama mereka. Pemikir-pemikir Kristen tidak kurang cerdik dengan terjemahan mereka dan memanipulasi Injil. Mereka telah merubah kata-kata “ Pasukan Romawi” dengan menyingkat “pasukan” dan sekarang dari kata pasukan menjadi ‘sekelompok orang’ dan ‘penjaga’: “Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sekelompok orang dan penjaga-penjaga rumah Allah yang disuruh
oleh Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap
dengan lentera, suluh dan senjata”. (Injil – Yohanes 18:3). Tertangkap Sewaktu Lengah Murid-murid tertangkap, dalam bahasa orang Inggris, ” dengan celana mereka yang melorot”. Secara harfiah berarti mereka tertangkap ketika sedang lengah/tidur. Musuh menginjak-injak mereka dengan kasar. Hanya satu di antara mereka yang sempat mengajukan pertanyaan: “… Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang. ” (Injil – Lukas 22: 29).Tetapi sebelum Yesus bias menjawab pertanyaan tersebut, Petrus yang pemberani mengeluarkan pedangnya dan memotong telinga kanan salah seorang musuhnya. Yesus tidak melawan tentara Romawi tersebut. Menyadari bahwa situasi sudah berbalik dan tidak berjalan sesuai dengan strateginya, dia menasehatkan murid-muridnya: “.. Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barang siapa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang . ” (Injil – Matius 26: 52). Perubahan Strategi Apakah Yesus tidak mengetahui makna dari pernyataannya ketika dia
menyuruh murid-muridnya untuk menjual jubahnya dan membeli pedang? Tentunya dia tahu! Lalu mengapa sekarang malah bertentangan? Sebenarnya tidak ada pertentangan! Situasi telah berubah, jadi strategi harus juga dirubah. Dia menyadari bahwa melawan tentara yang terlatih dan bersenjatakan lengkap dengan mengandalkan pasukannya yang masih mengantuk dan tidak siap, hanya merupakan tindakan bunuh diri. Pangeran Perdamaian???
Kenapa orang Kristen yang pandai berdebat dan berpikir tidak memberikan penghargaan atas pemikiran yang wajar ini? Karena telah diprogram selama 2000 tahun bahwa Yesus adalah “ Nabi’, “Putra Perdamaian’, tidak pernah mengganggu lalat sekalipun. Mereka
melupakan sisi lain sifat alami manusia yang haus darah dan panas! Mereka lupa perintahnya kepada pasukannya untuk menghadapi musuh- musuhnya yang tidak menyukai dan melawan perintahnya, dengan mengusir mereka: “… dan bunuhlah mereka di depan mataku”. (Injil –Lukas 19: 27). “Janganlah kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. ” (Injil-Matius 10: 34).
“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah aku harapkan, api itu telah
menyala! Kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kataku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan ”. (Injil – Lukas 12: 49 dan 51)
Berdasarkan gambaran ayat- ayat di atas yang diucapkan Yesus kepada pendengarnya saat itu, maka setelah Petrus menggunakan pedangnya, berarti penyembelihan itu memang sudah diperintahkan dan tanpa penyesalan, sesuai dengan apa yang dilakukan nenek moyangnya yaitu Yosua yang menyerang dan membantai orang-orang di Yericko. “Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang ada di dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, bahkan lembu, domba dan keledai.” (Injil – Yosua 6: 21).
Dan penulis Injil mau tidak mau menempatkan kata- kata tersebut sebagai perkataan Yesus sebagai pemenuhan ramalan Vaticinium Ex Eventu (ramalan setelah kejadian) sebagaimana catatan dari moyangnya (?), Daud. Kegagalan dan Pengadilan Perjalanan menuju Yerusalem telah gagal. Penyerangan di bukit Zaitun telah membuktikan kegagalan. Apabila ada hadiah bagi keberhasilan maka akan ada pula balasan untuk kegagalan. Lawan sangat berat! Ditambah dengan adanya kesengsaraan, cobaan, keringat dan darah. Dengan tangan-tangannya yang kuat, tentara-tentara Romawi menyeret tubuh Yesus dari Getsemani ke Annas dan dari Annas ke Mahkamah Agama dan dipertemukan dengan Uskup Agung dan sebagaimana yang ditunjukkan kaum Yahudi ke Sanhedrin, untuk menghadapi pengadilan dan hukuman.
Ketika jiwa Yesus terancam dalam sidang pengadilan musuh-musuhnya, dimana para pahlawan-pahlawannya yang seharusnya membela dengan tangisan perang; “Guru, kami siap mati demi engkau, kami siap dipenjara demi engkau !”, Markus, orang pertama yang menulis Injil, dengan tidak merasa malu dan tanpa basa-basi berkata:
“Lalu semua murid itu meninggalkan dia dan melarikan diri “. (Injil –Markus 14: 50)
Para penulis keduapuluh tujuh Kitab Perjanjian Baru tidak bisa menemukan pembelotan yang memalukan seperti itu di Kitab-Kitab Yahudi (Perjanjian Lama) untuk memenuhi ramalan. Jika di sana ada, pasti mereka telah mengeksploitasinya dengan cepat. Merenungkan Kembali Kegagalan Dalam suatu perdebatan antara Islam dan Kristen di SABC TV salah seorang partisipan yang mengaku dari sekte ‘kelahiran kembali’ mengajak untuk merenungkan kata “ Pembelotan”. Dia mengucapkan kata “ Pembelotan” dengan begitu senangnya seolah-olah mengatakan kemenangan dan bukannya suatu kegagalan yang memalukan  Para penyebar Injil telah mengembangkan suatu penyakit yang memalukan dan tercela. Setiap orang, laki-laki atau perempuan penganut sekte tersebut diperbolehkan melakukan perzinahan, mabuk, meminum obat-obatan terlarang dan perbuatan seperti binatang yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang merupakan sampah masyarakat merupakan calon dari penganut sekte ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar